Senin, 15/12/2025 04:30 WIB

Monyet Kedih, Primata Berjambul Endemik Sumatra yang Terancam





Monyet kedih merupakan primata endemik Sumatra yang hanya ditemukan di wilayah utara pulau ini, khususnya Aceh dan Taman Nasional Gunung Leuser

Gambar Monyet Kedih, Primata Berjambul Endemik Sumatra yang hanya ditemukan di wilayah utara pulau ini, khususnya Aceh dan Taman Nasional Gunung Leuser (Foto: Kementerian LHK via Acehnesia)

Jakarta, Jurnas.com - Monyet kedih, atau Presbytis thomasi, merupakan primata endemik Sumatra yang hanya ditemukan di wilayah utara pulau ini, khususnya Aceh dan Taman Nasional Gunung Leuser. Keberadaannya yang makin terbatas dan langka membuat spesies ini menjadi salah satu indikator penting kesehatan hutan Sumatra.

Dikutip dari berbagai sumber, ciri khas monyet kedih adalah jambul rambut di kepalanya yang menyerupai potongan mohawk atau punk, wajah gelap yang tampak sendu atau sedih, serta bulu hitam keabu-abuan dengan dada berwarna putih. Tubuhnya relatif kecil, panjang antara 40 hingga 60 sentimeter, namun ekornya lebih panjang, mencapai 85 sentimeter, dengan berat badan 5–8 kilogram.

Hewan ini hidup di kanopi hutan hujan tropis, dari dataran rendah hingga pegunungan, sehingga hampir seluruh aktivitasnya berlangsung di atas pohon. Kehidupan di ketinggian memberi perlindungan sekaligus memudahkan mereka mencari makanan seperti daun muda, bunga, buah, biji-bijian, dan sesekali hewan kecil.

Monyet kedih bersifat diurnal dan hidup berkelompok kecil, biasanya terdiri dari satu jantan dominan, beberapa betina, dan anak-anaknya. Jantan dewasa memimpin kelompok dan menjaga wilayahnya, mengusir pesaing yang mencoba mengambil alih kepemimpinan, sehingga pola sosial mereka sangat terstruktur.

Proses reproduksi kedih berlangsung dengan satu anak per kehamilan, yang berlangsung sekitar enam hingga tujuh bulan, dan anaknya tetap bergantung pada induk beberapa bulan sebelum mandiri. Pola hidup ini terkait erat dengan kelestarian hutan, karena kebutuhan makan dan keamanan anak-anak mereka bergantung pada kondisi habitat.

Sayangnya, populasi monyet kedih terus menurun akibat deforestasi, fragmentasi hutan, perburuan, dan perubahan iklim. Hutan yang berkurang akibat perkebunan, pertanian, dan pemukiman manusia membuat kelompok mereka terisolasi, meningkatkan risiko kepunahan.

Menurut IUCN, monyet kedih berstatus Rentan (Vulnerable) dan masuk dalam Red List. Di Indonesia, satwa ini telah ditetapkan sebagai satwa dilindungi melalui Peraturan Menteri LHK Nomor 106 Tahun 2018.

Namun upaya konservasi tetap memerlukan pemulihan habitat, penguatan kawasan konservasi, penegakan hukum terhadap perburuan, serta edukasi masyarakat agar primata endemik ini tetap lestari.

Monyet kedih bukan hanya primata unik dengan jambul yang mencolok, tetapi juga penanda vital keseimbangan ekosistem Sumatra. Menjaga kelestariannya berarti melindungi hutan, keanekaragaman hayati, dan generasi mendatang agar masih bisa menyaksikan keindahan satwa ini di alam liar. (*)

KEYWORD :

Monyet kedih Presbytis thomasi primata endemik Sumatra Konservasi hutan Sumatra




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :