Minggu, 14/12/2025 15:17 WIB

Riset Ungkap Beras Tertua di Pasifik Dibawa Manusia 3.500 Tahun Lalu





Penelitian arkeologi terbaru menunjukkan beras tersebut bukan sekadar bekal, melainkan bagian dari praktik ritual

Ilustrasi - Riset Ungkap Beras Tertua di Pasifik Dibawa Manusia 3.500 Tahun Lalu (Foto: Earth/Hsiao-chun Hung)

Jakarta, Jurnas.com - Sekitar 3.500 tahun lalu, sekelompok pelaut membawa beras menyeberangi laut sejauh lebih dari 2.100 kilometer dari Filipina ke Guam. Temuan ini mengubah pemahaman tentang bagaimana manusia awal merencanakan migrasi lintas samudra.

Penelitian arkeologi terbaru menunjukkan beras tersebut bukan sekadar bekal, melainkan bagian dari praktik ritual. Bukti ini menjadi catatan paling awal dan paling jelas tentang keberadaan beras di seluruh Kepulauan Pasifik.

Fokus riset mengarah pada leluhur masyarakat Chamorro, penghuni pertama Kepulauan Mariana yang mencapai wilayah Pasifik terpencil lebih awal dibanding pulau-pulau sekitarnya. Pencapaian ini menegaskan kemampuan navigasi dan organisasi sosial yang maju pada masanya.

Studi yang dipimpin arkeolog University of Guam, Mike Carson, mengaitkan para pelaut ini dengan penutur bahasa Austronesia. Analisis DNA kuno menunjukkan asal-usul mereka dari Filipina bagian utara dan Taiwan.

Karena itu, beras sudah lama dikenal dalam tradisi pertanian Asia sebelum perjalanan laut ini terjadi. Domestikasi padi sendiri tercatat di Tiongkok sekitar 8.000 tahun lalu, menjadikannya simbol budaya yang telah mengakar.

Namun di Pasifik, beras bukan tanaman yang mudah dibudidayakan. Kondisi tanah dan iklim membuat masyarakat pulau lebih mengandalkan talas, ubi, pisang, sukun, dan kelapa.

Catatan sejarah abad ke-16 dan 17 bahkan menyebut beras di Kepulauan Mariana sebagai bahan langka untuk upacara khusus. Temuan baru ini memperkuat bahwa beras hadir sejak awal pemukiman dan dijaga untuk tujuan sakral.

Bukti tersebut ditemukan di Gua Pantai Ritidian, Guam utara, melalui pecahan tembikar berusia ribuan tahun. Analisis mikroskopis mengungkap jejak sekam padi, daun, dan bagian bunga beras yang menempel di permukaannya.

Sebaliknya, jejak serupa tidak ditemukan di tanah sekitar gua. Perbedaan ini menunjukkan penggunaan beras yang disengaja, bukan akibat kontaminasi alam.

Pemindaian sinar-X juga memastikan beras tidak dicampur ke dalam tanah liat tembikar. Dengan demikian, padi digunakan di dalam wadah yang sudah jadi, kemungkinan dalam konteks ritual.

Lokasi gua tersebut berada di kawasan seremonial kuno yang dipenuhi kuburan dan artefak spiritual. Dalam tradisi Chamorro, gua dipandang sebagai ruang penghubung dengan leluhur.

Menariknya, hanya satu bagian gua yang menyimpan jejak beras. Situs lain dari periode yang sama hampir tidak menunjukkannya, menegaskan sifatnya yang eksklusif.

Rangkaian temuan ini menjawab perdebatan lama soal kedatangan manusia di Kepulauan Mariana. Migrasi tersebut tampak direncanakan matang, bukan hasil hanyutan arus laut. (*)

Sumber: Earth

Dengan membawa beras, para pelaut ini juga membawa ingatan budaya dan identitas asalnya. Studi yang dipublikasikan di jurnal Science ini menegaskan bahwa penjelajahan awal manusia adalah perjalanan budaya, bukan sekadar upaya bertahan hidup.

KEYWORD :

Sejarah Beras Kepulauan Pasifik Jejak Beras Pertanian Asia




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :