Ilustrasi clean eating (Foto: Aurela Redenica/Unsplash)
Jakarta, Jurnas.com - Dalam beberapa tahun terakhir, konsep clean eating berkembang menjadi salah satu tren pola makan yang semakin diminati, terutama di kalangan generasi muda dan pekerja urban yang mulai memperhatikan kesehatan jangka panjang.
Pola makan ini berfokus pada konsumsi makanan utuh, minim proses, serta kaya nutrisi, dengan tujuan mengurangi paparan gula tambahan, lemak trans, dan bahan aditif yang selama ini menjadi pemicu utama meningkatnya prevalensi penyakit kronis seperti diabetes tipe 2, hipertensi, obesitas, dan penyakit jantung.
Inti dari clean eating bukanlah tentang diet ketat atau larangan yang ekstrem, tetapi membentuk hubungan yang lebih sehat dengan makanan. Sayur dan buah segar, biji-bijian utuh, sumber protein tanpa lemak, kacang-kacangan, serta makanan berbasis tumbuhan menjadi elemen utama dalam pendekatan ini.
Banyak penelitian menunjukkan bahwa konsumsi makanan minim proses dapat menurunkan inflamasi dalam tubuh dan memperbaiki profil metabolik. Sebaliknya, makanan ultra-proses mulai dari snack kemasan, minuman manis, hingga olahan instan, sering dikaitkan dengan peningkatan risiko sindrom metabolik dan penambahan berat badan yang tidak sehat.
Di sisi lain, tren clean eating juga membawa perubahan dalam cara masyarakat memaknai gaya hidup sehat. Tidak hanya menyangkut apa yang dikonsumsi, tetapi juga cara memperoleh dan mengolah makanan.
Banyak orang mulai memilih bahan lokal, organik, serta memastikan metode memasak tidak merusak kualitas nutrisi. Misalnya, mengurangi teknik menggoreng dan beralih pada metode kukus, panggang, atau rebus yang lebih minim minyak. Pergeseran kebiasaan ini berkontribusi pada pengurangan asupan kalori berlebih tanpa harus mengurangi porsi makan secara drastis.
Selain manfaat fisik, pola makan ini juga membawa pengaruh positif terhadap kesehatan mental. Beberapa penelitian mengindikasikan bahwa pola makan berbasis pangan utuh memiliki hubungan dengan penurunan risiko depresi dan peningkatan energi harian.
Kandungan serat, vitamin, mineral, serta antioksidan dari makanan utuh membantu menjaga keseimbangan hormon dan kesehatan usus, yang belakangan diketahui memiliki peran besar terhadap kondisi psikologis.
Meski demikian, tren ini bukan tanpa tantangan. Salah satu kritik terbesar ialah kecenderungan sebagian orang untuk menerapkan clean eating secara terlalu ketat, hingga memicu kekhawatiran makan berlebihan (orthorexia).
Oleh karena itu, selalu ditekankan bahwa clean eating harus dilakukan secara fleksibel, fokus pada kualitas makanan tanpa menimbulkan tekanan berlebihan atau rasa bersalah.
Google News: http://bit.ly/4omUVRy
Terbaru: https://jurnas.com/redir.php?p=latest
Langganan : https://www.facebook.com/jurnasnews/subscribe/
Youtube: https://www.youtube.com/@jurnastv1825?sub_confirmation=1
clean eating pola makan sehat risiko penyakit kronis makanan utuh gaya hidup sehat
























