Jum'at, 12/12/2025 19:50 WIB

Awas! Gorengan Terlalu Lama Digoreng Picu Senyawa Berbahaya





Gorengan adalah salah satu camilan paling populer di Indonesia, tetapi di balik rasanya yang gurih dan renyah, terdapat risiko kesehatan yang tidak disadari

Ilustrasi gorengan (Foto: RRI)

Jakarta, Jurnas.com - Gorengan adalah salah satu camilan paling populer di Indonesia, tetapi di balik rasanya yang gurih dan renyah, terdapat risiko kesehatan yang kerap tidak disadari.

Proses menggoreng pada suhu tinggi, terutama ketika minyak sudah dipakai berulang atau makanan dibiarkan terlalu lama di penggorengan, dapat memicu terbentuknya senyawa berbahaya bernama akrilamida.

Senyawa ini telah lama menjadi perhatian para ahli kesehatan karena efek buruknya pada tubuh, terutama dalam jangka panjang.

Akrilamida terbentuk melalui reaksi kimia yang disebut Maillard reaction, yakni reaksi antara gula dan asam amino (khususnya asparagin) ketika makanan dipanaskan pada suhu tinggi.

Reaksi ini membuat gorengan menjadi cokelat keemasan dan beraroma lezat, namun juga memicu pembentukan akrilamida dalam jumlah lebih tinggi ketika makanan dimasak terlalu lama atau terlalu kering akibat panas berlebih.

Kentang goreng, keripik kentang, singkong goreng, dan berbagai jenis tepung-tepungan adalah contoh makanan yang paling mudah memicu produksi senyawa ini.

Bahaya akrilamida bukan sekadar isu biasa. WHO mengkategorikannya sebagai senyawa yang berpotensi karsinogenik. Paparan akrilamida dalam jangka waktu lama dikaitkan dengan peningkatan risiko gangguan sistem saraf, kerusakan DNA, dan potensi perkembangan sel kanker.

Walaupun kadar yang terdapat pada gorengan sehari-hari tidak langsung menimbulkan penyakit akut, konsumsi rutin dalam jumlah banyak dapat memperbesar risiko kesehatan secara kumulatif.

Pembentukan akrilamida semakin meningkat ketika minyak telah digunakan berkali-kali. Minyak jelantah mengalami perubahan struktur kimia yang mempercepat munculnya radikal bebas dan oksidasi, membuat makanan menjadi semakin rentan menghasilkan senyawa berbahaya tersebut.

Begitu pula ketika gorengan dimasak hingga sangat kering, terlalu cokelat, atau bahkan mendekati gosong, warna yang semakin gelap menunjukkan potensi akrilamida yang lebih tinggi.

Masyarakat dapat mengurangi risiko ini dengan beberapa langkah sederhana saat menggoreng. Penggunaan minyak yang masih baru atau belum terlalu lama dipakai, menjaga suhu minyak agar tidak terlalu tinggi, serta menghindari menggoreng hingga makanan berwarna terlalu gelap merupakan langkah penting.

Mengurangi konsumsi gorengan yang dimasak menggunakan minyak jelantah, serta memilih metode memasak seperti memanggang atau menumis ringan, juga membantu menurunkan paparan akrilamida secara signifikan.

Gorengan barangkali sulit dilepaskan dari kebiasaan makan banyak orang, tetapi memahami proses pembentukan akrilamida dapat membantu masyarakat lebih bijak dalam memilih dan mengolah makanan.

Tidak ada salahnya menikmati gorengan sesekali, asalkan tetap memperhatikan cara memasak dan kualitas minyak yang digunakan agar risiko kesehatan bisa ditekan.

KEYWORD :

risiko akrilamida bahaya gorengan terlalu lama digoreng akrilamida pada gorengan minyak jelantah




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :