Ilustrasi seorang perempuan sedang tidur pada malam hari (Foto: Pexels/Niels from Slaapwijsheid.nl)
Jakarta, Jurnas.com - Kasus mobil Makanan Bergizi Gratis (MBG) menabrak sekumpulan siswa di Cilincing, Jakarta Utara, akibat sopir mengantuk menunjukkan pentingnya waktu istirahat bagi pekerja sebelum memulai aktivitas harian.
Mengemudi pada pagi hari sering dianggap lebih aman karena kondisi lalu lintas cenderung masih lengang. Namun, kenyataannya, banyak kecelakaan justru terjadi pada jam-jam awal tersebut akibat pengemudi yang kurang tidur.
Rasa kantuk yang muncul setelah malam tanpa istirahat yang cukup dapat menurunkan kewaspadaan dan memperlambat respons tubuh, sehingga risiko kecelakaan meningkat signifikan.
Bagi orang dewasa, disarankan tidur selama tujuh hingga sembilan jam setiap malam agar fungsi kognitif tetap optimal. Tidur kurang dari tujuh jam dapat mengganggu kemampuan seseorang dalam mengemudi karena otak tidak mendapatkan pemulihan yang diperlukan.
Kekurangan tidur membuat otak lebih lambat merespons kondisi di jalan. Dalam banyak kasus, pengemudi mengalami apa yang disebut sebagai micro-sleep, yaitu episode tertidur selama satu hingga lima detik tanpa sadar.
Fenomena ini sangat berbahaya karena dalam hitungan detik tersebut, kendaraan dapat melaju puluhan meter tanpa kendali. Hal inilah yang membuat kelelahan dianggap sebagai faktor risiko besar dalam kecelakaan lalu lintas, setara dengan mengemudi dalam kondisi terpengaruh alkohol.
Meskipun demikian, tidak semua orang memiliki jadwal yang memungkinkan tidur 7–8 jam sebelum berkendara. Jika kondisi ini terjadi, ada beberapa langkah mitigasi yang dapat membantu, walaupun tidak menggantikan kebutuhan tidur itu sendiri.
Tidur singkat sekitar 15–20 menit sebelum berangkat dapat sedikit meningkatkan kewaspadaan, dan konsumsi kafein bisa memberi dorongan sementara. Namun, efek tersebut tidak bertahan lama dan tidak cukup untuk menutupi kekurangan tidur parah.
Jika seseorang hanya tidur 4–5 jam atau kurang, disarankan supaya menunda perjalanan atau meminta orang lain untuk mengambil alih setir, karena kondisi itu dianggap sangat berisiko.
Selain durasi tidur, kualitas tidur juga berpengaruh besar terhadap kesiapan mengemudi. Seseorang yang tidur tujuh jam namun sering terbangun di malam hari tetap bisa mengalami kantuk berat pada pagi harinya.
Kondisi seperti sleep apnea, jadwal kerja shift, stres, atau penggunaan obat penenang dapat memperburuk kelelahan meski durasi tidur tampak cukup.
Yang terpenting, jika tubuh menunjukkan tanda kantuk atau fokus terasa menurun, pilihan paling aman selalu sama, tunda perjalanan, istirahat lebih lama, atau cari alternatif transportasi yang tidak mengharuskan Anda menyetir.
Google News: http://bit.ly/4omUVRy
Terbaru: https://jurnas.com/redir.php?p=latest
Langganan : https://www.facebook.com/jurnasnews/subscribe/
Youtube: https://www.youtube.com/@jurnastv1825?sub_confirmation=1
durasi tidur sebelum menyetir bahaya mengemudi saat mengantuk berapa jam tidur sebelum mengemudi p






















