Ilustrator dan peneliti visual, Wenny Yosselina (Foto: Ist)
Jakarta, Jurnas.com - Keberadaan buku bergambar maupun karya visual lainnya menjadi pendekatan paling jitu untuk meningkatkan potensi anak berkebutuhan khusus. Hal ini disampaikan Wenny Yosselina, ilustrator dan peneliti visual yang mendedikasikan hasil karya dan risetnya bagi anak-anak disabilitas.
Karena itu, menurut Wenny, dibutuhkan karya-karya visual atau buku-buku bergambar yang tepat untuk sarana belajar. Sebab, melalui bahasa visual, anak-anak dapat berinteraksi dengan sekitarnya, menjalani terapi, hingga meningkatkan pemahaman dan kemampuan mereka.
"Sayangnya kebanyakan buku-buku untuk anak berkebutuhan khusus yang beredar sekarang, yang dibuat oleh industri atau dari pemerintah, hanya sekadarnya saja. Padahal semestinya bisa didesain dan dibuat bersama anak-anak disabilitas," kata Wenny.
Wenny yang aktif berkecimpung di Kelas Buku Anak Institut Teknologi Bandung dan Art Therapy Center (ATC) Widyatama Bandung, merancang buku gambar sebagai sarana berkomunikasi dan belajar bagi anak-anak yang mengalami autisme, low vision, hingga disabilitas tuli.
Dia juga terlibat kolaborasi seniman lintas negara untuk mendukung anak-anak disabilitas lewat program Art for Goods di Singapura. "Berdasarkan riset, mereka justru lebih mudah mengerti atau mencerna informasi melalui visual. Buku cerita anak-anak atau narasi visual pun digunakan untuk menjembatani komunikasi mereka," ujar dia.
Wenny menyatakan, kebanyakan anak-anak berkebutuhan khusus mampu mengoleksi banyak aset-aset visual di pikiran mereka. Dari sini, mereka membentuk bahasa visual yang membantu mereka dalam memaknai bahasa verbal sehari-hari.
"Anak-anak ini sering kesulitan mengungkapkan sesuatu. Makanya kita pakai gambar, hindari terlalu banyak verbal atau tulisan, karena kemampuan visual mereka lebih kuat," Wenny menambahkan.
Ketertarikan Wenny pada gambar dan seni visual rupanya sudah dimulai sejak SMP. Setamat SMA, dia memilih kuliah di bidang desain di Fakultas Seni Rupa ITB pada 2013. Di tahun pertama, dia mendengar adanya beasiswa yang diberikan oleh lembaga filantropi Tanoto Foundation.
"Saya langsung cari informasi sebanyak-banyaknya melalui kakak kelas dan langsung menyiapkan formulir," kata dia.
Wenny melihat beasiswa Tanoto Foundation akan memberi manfaat banyak bagi dirinya. Bukan hanya bagi pengembangan akademik, melainkan juga peningkatan kapasitas lain seperti di bidang kepemimpinan dan kemasyarakatan.
"Peluang untuk membuat proyek sosial sangat besar," ujar Wenni. Akhirnya, setelah serangkaian seleksi yang harus dijalani, pada 2014 Wenny meraih beasiswa Tanoto Foundation.
Saat melanjutkan studi S2 di ITB pada 2019, Wenny makin intensif meneliti karya visual untuk anak-anak disabilitas. Secara akademik, dia mendapat dukungan penuh dari dosen pembimbing dan komunitasnya. Bukan hanya merancang buku, Wenny juga mengembangkan metode evaluasi untuk buku-buku bagi anak berkebutuhan khusus.
Melalui riset ini, dapat diketahui sejauh mana anak disabilitas mengerti isi suatu buku, adakah kesalahan dari bahasa atau gambarnya, hingga bagian mana saja yang harus direvisi. Dari situ, buku ideal untuk anak disabilitas dapat disusun, bahkan dirumuskan dengan melibatkan mereka.
Wenny juga tengah menyiapkan “Tangible Tales”, sebuah karya berbasis teknologi 3D printing berisi dongeng dan cerita rakyat di Indonesia. Karya ini menjadi rancangan media fisik untuk mengatasi masalah sosialisasi anak dengan autisme.
“Sebagai peneliti, aku ingin punya warna penelitian yang berbeda dalam penelitian desain, termasuk penelitian tentang ilustrasi untuk anak berkebutuhan khusus ini,” ujar Wenny.
Namun lebih dari sekadar tujuan akademik, motivasi utama Wenny untuk mendedikasikan hidupnya pada anak disabilitas adalah karena ia merasa ada panggilan hati. Panggilan yang akan terus ia jalani tanpa ada niat untuk berhenti.
"Aku merasa bisa berbagi hidup bersama mereka (anak-anak disabilitas) secara jangka panjang. Mereka kayak cermin, mengembalikan apa yang kita lakukan untuk mereka dengan tulus. Aku juga melihat seni untuk anak disabilitas ini bukan cuma jualan rasa kasihan, tetapi bisa memotivasi semua anak untuk sebebas mungkin berekspresi," kata Wenny.
Google News: http://bit.ly/4omUVRy
Terbaru: https://jurnas.com/redir.php?p=latest
Langganan : https://www.facebook.com/jurnasnews/subscribe/
Youtube: https://www.youtube.com/@jurnastv1825?sub_confirmation=1
Anak Berkebutuhan Khusus Karya Visual Terapi Disabilitas Wenny Yosselina






















