Kamis, 11/12/2025 21:42 WIB

Kriteria Sahabat Sejati Menurut Islam, Bukan Sekadar Teman di Waktu Senang





Dalam tradisi Islam, posisi sahabat bukan sekadar teman berbagi cerita atau sekadar teman di waktu senang, melainkan bagian penting dari perjalanan spiritual

Ilustrasi - Sedang berkumpul sambil berbicang dengan para sahabat atau teman sejati (Foto: Unsplash/Green Liu)

Jakarta, Jurnas.com - Dalam tradisi Islam, posisi sahabat bukan sekadar teman berbagi cerita atau sekadar teman di waktu senang, melainkan bagian penting dari perjalanan spiritual seorang Muslim. Sahabat yang baik diyakini mampu menjadi sumber ketenangan, penguat iman, sekaligus penjaga langkah agar tetap berada di jalan yang benar.

Al-Qur’an menggambarkan hubungan pertemanan sebagai salah satu penopang ketakwaan. Melalui QS. At-Taubah: 119, umat Muslim diperintahkan untuk bertakwa dan bersama orang-orang yang benar. Pesan ini menegaskan bahwa lingkungan pertemanan yang jujur dan saleh dapat memelihara kejernihan hati serta menuntun seseorang untuk tetap istiqamah.

Rasulullah ﷺ dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim memberikan perumpamaan kuat: teman baik ibarat penjual minyak wangi. Meski tidak membeli, seseorang tetap mendapatkan aroma harum dari kedekatannya. Analogi ini menegaskan bahwa karakter sahabat dapat melekat dan mempengaruhi perilaku seseorang, baik menuju kebaikan maupun sebaliknya.

Para pendamping yang baik biasanya hadir membawa efek menyejukkan: memperhalus akhlak, menjernihkan cara berpikir, dan mendekatkan seseorang kepada Allah Azza Wa Wajalla. Dalam situasi gelisah, keberadaan sahabat seperti ini menjadi peneduh jiwa yang langka.

Islam menekankan pentingnya saling menguatkan, terutama ketika iman seseorang mengalami pasang surut. QS. Al-Asr menegaskan nilai tawaṣaw bil-ḥaqq wa tawaṣaw bil-ṣabr, saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. Sahabat yang baik bukan sekadar pendengar, tetapi pengingat lembut yang mencegah langkah keliru.

Mereka hadir di masa rapuh, mengajak kepada kebaikan, dan membantu menjaga arah hidup tetap stabil. Dukungan seperti ini acap kali menjadi penopang ruhani yang sangat dibutuhkan.

Sahabat sejati dalam Islam adalah mereka yang menjaga lisan, menutupi aib, tidak banyak menuntut, dan memberikan ruang tenteram dalam sebuah hubungan. Rasulullah ﷺ mengingatkan bahwa seseorang akan mengikuti agama sahabat dekatnya (HR. Abu Dawud). Pesan ini menjadi peringatan agar seorang Muslim selektif dalam memilih teman, sebab kualitas sahabat dapat menentukan kualitas perjalanan hidup.

Dengan demikian, persahabatan dalam Islam bukan sekadar hubungan sosial, melainkan sarana menuju ketenangan hati dan kedewasaan iman. Bersama sahabat yang saleh, langkah menuju ridha Allah terasa lebih ringan, lebih terarah, dan lebih penuh harapan. (*)

KEYWORD :

Persahabatan dalam Islam Kriteria Sahabat Info Keislaman




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :