Ilustrasi biawak (Foto: Jean Daniel Photography/Unsplash)
Jakarta, Jurnas.com - Profesor Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Evy Ayu Arida, menekankan pentingnya pemanfaatan sains modern untuk menjaga keberlanjutan spesies biawak Indonesia, baik sebagai fauna bernilai ekologis maupun sebagai komoditas bernilai ekonomi.
Evy mengatakan bahwa pemahaman ilmiah tentang biawak Indonesia masih tertinggal dibandingkan kekayaan biodiversitasnya. Indonesia tercatat memiliki 29 spesies biawak, menjadikan negara dengan diversitas tertinggi kedua setelah Australia.
Sebagian besar spesies ini, termasuk biawak komodo, biawak lirung, dan biawak biru merupakan endemik yang tersebar di wilayah Indonesia bagian timur.
Menurut Evy, riset mengenai karakter biologis, sejarah evolusi, dan pengetahuan dasar berbagai spesies tersebut belum sebanding dengan tingkat pemanfaatannya.
"Kurang dari 5 persen spesies reptil Indonesia (meliputi biawak dan ular) yang telah dikaji secara mendalam dan dimanfaatkan di sektor-sektor aplikatif secara modern," kata Profesor Riset dalam bidang Konservasi Satwa Liar ini, dikutip dari laman resmi BRIN pada Kamis (11/12).
Terdapat ketidakseimbangan antara besarnya pemanfaatan biawak dan minimnya data populasi ilmiah. Menurutnya, hingga kini tidak ada satu pun jenis biawak yang perdagangan di tingkat nasional diketahui kondisi populasinya secara ilmiah.
"Terdapat suatu kesenjangan pengetahuan antara data populasi dan data realisasi pemanfaatan spesies biawak Indonesia untuk ekspor," ujar alumnus Universitas Gadjah Mada (UGM) tersebut.
Selain bernilai ekologis, biawak Indonesia memiliki potensi ekonomi yang besar, mulai dari konsumsi lokal, bahan obat tradisional, hingga komoditas industri.
Kulit biawak air (Varanus salvator) menjadi komuditas ekspor bernilai tinggi selama lebih dari tiga dekade. Biawak pohon dari Papua, seperti biawak biru dan biawak hijau, juga diminati sebagai hewan kesayangan di berbagai negara.
Meski demikian, Evy menekankan bahwa keberlanjutan pemanfaatannya masih belum terjamin. Dia mengingatkan pentingnya keselarasan antara pemanfaatan dan data populasi serta penerapan standar kualitas produk.
"Komoditas ekspor selama ini pun perlu diberikan nilai tambah bagi setiap spesiesnya dengan menerapkan standar kualitas produksinya," kata dia.
Google News: http://bit.ly/4omUVRy
Terbaru: https://jurnas.com/redir.php?p=latest
Langganan : https://www.facebook.com/jurnasnews/subscribe/
Youtube: https://www.youtube.com/@jurnastv1825?sub_confirmation=1
Potensi Biawak Profesor BRIN Evy Ayu Arida

























