Rabu, 10/12/2025 15:29 WIB

Apa yang Akan Terjadi Jika Hutan di Bumi Dihabiskan?





Lalu, bagaimana jika hutan di Bumi seperti hutan di Kongo, Amazon, hingga Sumatra tiba-tiba dihabiskan? Apa yang akan terjadi?

Ilustrasi - Menjaga hutan (Foto Ksdae Menlhk)

Jakarta, Jurnas.com - Hutan Amazon, Cekungan Kongo, serta bentang Sumatra dan Kalimantan selama ini diketahui menjadi benteng kehidupan yang menyimpan kekayaan hayati luar biasa, mulai dari jaguar, harimau hingga gajah, serta tanaman dan atau pepohonan yang beragam. Namun di balik keanekaragaman itu, ancaman deforestasi yang terus meningkat membuat dunia menuju krisis ekologis yang tidak lagi bisa diabaikan.

Lalu, bagaimana jika hutan di Bumi seperti hutan di Kongo, Amazon, hingga Sumatra tiba-tiba dihabiskan? Apa yang akan terjadi?

Dikutip dari berbagai sumber, dampak yang paling jelas dari hilangnya hutan berpotensi mengguncang stabilitas iklim bumi. Sebab, keterhubungan ekologis hutan tidak hanya bekerja pada tingkat lokal, karena hutan tropis juga mengatur pola hujan dan ketersediaan air bagi wilayah yang jauh di luar batasnya.

Di sisi lain, masyarakat yang tinggal di dalam dan di sekitar hutan juga akan terdampak. Ketika hutan hilang, mereka yang menggantungkan hidup mereka pada sumber pangan, air, obat-obatan, dan ekonomi dari ekosistem tersebut kehilangan ruang hidup sekaligus warisan budaya yang selama berabad-abad menjaga hubungan harmonis antara manusia dan alam.

Runtuhnya hutan juga memicu hilangnya habitat satwa, sehingga burung, mamalia kecil, hingga serangga penyeimbang ekosistem semakin tersingkir. Punahnya hewan endemik juga menjadi ancaman yang nyata.

Kondisi ini terlihat di Sumatra, di mana hilangnya hutan dalam beberapa dekade terakhir, selain perburuan liar, telah menempatkan harimau Sumatra, gajah, orangutan, dan badak di ambang kepunahan. Jika sisa hutan di pulau itu habis, Sumatra akan kehilangan hampir seluruh kekayaan hayatinya.

Hilangnya pepohonan di hutan juga membuka jalan bagi meningkatnya bencana alam, karena akar yang dulu mengikat tanah tidak lagi menahan pergerakan air dan sedimen. Akibatnya banjir lebih cepat terjadi dan daya rusaknya meningkat di daerah hilir. Sungai membawa lebih banyak sedimen karena tidak ada lagi kanopi pohon yang meredam curahan air, sehingga banjir bandang makin sering melanda. Begitupun dengan longsor.

Sementara itu, jika hutan habis, ketidakseimbangan ekosistem membuat hama pertanian meningkat dan produktivitas lahan menurun, sehingga kualitas lingkungan mengalami penurunan yang terasa langsung oleh penduduk. Kondisi ini memperlihatkan bahwa hilangnya hutan berdampak luas tidak hanya pada satwa, tetapi juga pada kesejahteraan manusia.

Di wilayah pesisir, hilangnya mangrove menghilangkan perlindungan alami yang selama ini meredam energi ombak dan mencegah abrasi. Tanpa pertahanan tersebut, garis pantai menjadi semakin rapuh dan permukiman di pesisir berada dalam ancaman gelombang ekstrem serta kenaikan permukaan laut.

Kerentanan ini kian diperparah oleh suhu lokal yang meningkat akibat deforestasi, sehingga kebakaran hutan dan lahan lebih mudah terjadi pada musim kemarau. Asap yang ditimbulkannya mengganggu kesehatan jutaan orang dan memperburuk krisis bencana yang sudah ada.

Dalam skala global, tekanan terhadap hutan semakin besar karena jumlah pohon di bumi kini hanya separuh dari masa awal evolusi manusia. Dengan sekitar 15 miliar pohon ditebang setiap tahun, laju kehilangan ini jauh melampaui kemampuan alam untuk memulihkannya.

Situasi tersebut kian sulit dikendalikan karena deforestasi sebagian besar didorong oleh ekspansi industri daging, kedelai, perkebunan sawit, dan pembangunan. Hutan dibuka dalam skala besar untuk memenuhi permintaan pasar global, sehingga ruang hidup satwa dan cadangan karbon lenyap tanpa kesempatan pulih.

Setiap hutan yang hilang melepas karbon dalam jumlah besar ke atmosfer, sehingga mempercepat pemanasan global yang kini sulit dibendung. Karena itu, sekitar sepersepuluh pemanasan global berasal dari deforestasi dan hal ini menjadikan upaya menyelamatkan iklim mustahil tanpa melindungi hutan.

Hutan sejatinya adalah penyangga kehidupan karena dari sanalah iklim, air, tanah, dan keanekaragaman hayati tetap berada dalam keseimbangan. Tanpa perlindungan yang serius, hilangnya hutan akan membawa dunia menuju masa depan yang lebih panas, lebih rawan bencana, dan jauh lebih tidak stabil.

Oleh sebab itu, melindungi hutan bukan lagi pilihan, melainkan keharusan yang menentukan keberlanjutan generasi mendatang. Selama hutan masih berdiri sebagaimana mestinya, harapan bagi bumi untuk tetap layak dihuni masih dapat dipertahankan. (*)

KEYWORD :

Hutan di Bumi Dampak Deforestasi Kerusakan Hutan Hutan Sumatra




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :