Rabu, 10/12/2025 09:51 WIB

Jangan Sering Mengeluh, Begini Peringatan Al-Quran dalam Surah Al-Ma`arij





Mengeluh kerap dianggap sebagai reaksi wajar ketika hidup terasa berat atau tidak sesuai harapan. Sifat ini telah disinggu dalam Al-Quran Surah Al-Ma’arij

Ilustrasi - Mengeluh pekerjaan menumpuk (foto: Doknet)

Jakarta, Jurnas.com - Mengeluh kerap dianggap sebagai reaksi wajar ketika hidup terasa berat atau tidak sesuai harapan. Mulai dari menyikapi cuaca tak menentu, badan lelah, pekerjaan menumpuk, hingga menghadapi musibah seperti kehilangan orang tercinta, bencana alam, keluhan sering muncul tanpa disadari. Namun Al-Qur’an ternyata telah menyoroti sifat ini jauh lebih dalam melalui Surah Al-Ma’arij.

Surah ini menegaskan bahwa manusia diciptakan dengan sifat mudah gelisah, sebagaimana disebutkan dalam QS Al-Ma’arij ayat 19 bahwa manusia bersifat keluh kesah. Sifat tersebut kemudian dijelaskan dalam QS Al-Ma’arij ayat 20–21 yang menggambarkan manusia mudah mengeluh saat sulit dan menjadi kikir ketika mendapatkan kebaikan.

Karena itu Al-Qur’an mengingatkan agar manusia menjaga lisan, hati, ekspresi, perasaan, dan sikap agar tidak larut dalam keluhan. Peringatan ini sekaligus mengajak manusia melihat betapa banyaknya nikmat yang telah diterima hingga tak mampu dihitung satu per satu.

Peringatan tentang syukur kembali ditegaskan melalui ayat yang menyebut bahwa nikmat Allah Azza Wa Jalla terlalu banyak untuk dihitung, sehingga keluhan sejatinya mengaburkan kesadaran akan karunia tersebut. Kesadaran ini kemudian diarahkan pada solusi yang dijelaskan di QS Al-Ma’arij ayat 22–23, yaitu menjaga salat secara konsisten.

Salat dipaparkan sebagai benteng yang menuntun manusia menuju ketenangan dan mengendalikan tabiat keluh kesah. Melalui ibadah ini seseorang diarahkan untuk kembali fokus pada pertolongan Allah Azza Wa Jalla, bukan pada perasaan gelisah yang menjerat.

Musibah pun dijelaskan sebagai ketentuan Allah Azza Wa Jalla yang menguji kadar keimanan seorang hamba. Karena itu sikap terbaik menurut syariat adalah berikhtiar, berdoa, dan bertawakal agar seseorang tidak terjebak dalam keluhan saat menghadapi cobaan.

Respons manusia terhadap ujian kemudian terbagi dalam beberapa tingkatan yang menggambarkan kualitas keimanan. Ada yang terjatuh pada ketidakberdayaan dengan keluhan dan kecemasan, dan ada pula yang mampu menahan diri serta bersabar meski musibah menekan.

Tingkatan yang lebih tinggi muncul ketika seseorang mencapai ridha dan menerima takdir Allah tanpa rasa kecewa. Bahkan dalam maqom syukur, hamba mampu melihat musibah sebagai jalan menuju keberkahan dan pertambahan nikmat.

Para ulama menjelaskan bahwa syukur tidak cukup diucapkan, tetapi harus tampak melalui tindakan. Nikmat harta harus digunakan untuk memberi manfaat dan nikmat ilmu diwujudkan melalui pengamalan serta penyebaran pengetahuan.

Sikap sebaliknya dianggap sebagai bentuk kufur nikmat, terutama ketika seseorang menyembunyikan karunia Allah dan berpura-pura tidak mampu. Karena itu introspeksi diperlukan agar manusia memahami bahwa keluhan sering kali muncul karena kurangnya kesadaran atas kecukupan yang telah diberikan.

Gejala kurang bersyukur juga kerap terlihat dari kebiasaan membandingkan diri, pesimisme, dan kecenderungan melihat kekurangan. Kondisi ini membuat seseorang lebih mudah larut dalam penyesalan dan merasa selalu kurang, meski banyak nikmat yang ia terima.

Padahal syukur membawa banyak manfaat seperti kedatangan ridha Allah, terhindar dari azab, dan bertambahnya nikmat dunia maupun akhirat. Dengan demikian syukur menjadi fondasi yang menjaga hati tetap lapang dalam keadaan apa pun.

Upaya meningkatkan syukur dapat dimulai dari membiasakan diri berterima kasih kepada sesama dan merenungkan karunia Allah setiap hari. Sikap qana’ah, sujud syukur, dan dzikir juga menjadi cara yang diajarkan syariat untuk meneguhkan rasa syukur dalam kehidupan.

Dengan demikian, Al-Qur’an menekankan bahwa kebiasaan mengeluh hanya menjauhkan manusia dari ketenangan dan menyempitkan pandangannya terhadap nikmat. Dengan salat, syukur, dan keteguhan hati, manusia diarahkan untuk melihat hidup sebagai amanah yang penuh hikmah. (*)

Sumber: Laman Kemenag, Muhammadiyah, NU Online, dan berbagai sumber lainnya

KEYWORD :

Keluh Kesah Sifat Mengeluh Al-Quran Surah Al-Maarij Manfaat Bersyukur




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :