Ilustrasi - makanan yang mengandung vitamin D tinggi (Foto: RRI)
Jakarta, Jurnas.com - Kekurangan vitamin D kini menjadi fenomena kesehatan yang semakin sering terjadi seiring perubahan gaya hidup masyarakat modern, terutama karena minimnya paparan sinar matahari. Kondisi ini tampak sepele, namun para ahli mengingatkan bahwa defisiensi vitamin D dapat memicu gangguan kesehatan yang lebih serius jika dibiarkan.
Meski kerap tidak disadari, tubuh sebenarnya memberikan sejumlah sinyal awal ketika kadar vitamin D mulai menurun. Gejala seperti kelelahan berkepanjangan atau rasa lemah tanpa sebab jelas menjadi indikator pertama yang sering luput diperhatikan.
Seiring berlanjutnya defisiensi, nyeri pada otot dan persendian biasanya mulai muncul karena vitamin D berperan besar dalam menjaga kekuatan sistem muskuloskeletal. Sensasi pegal di punggung bawah hingga kelemahan otot pun menjadi keluhan yang kerap dilaporkan oleh mereka yang kekurangan vitamin ini.
7 Makanan Kaya Vitamin D dan Sederet Manfaatnya
Kondisi tersebut kemudian berdampak pada daya tahan tubuh, sebab vitamin D juga berfungsi mendukung kerja sistem imun. Tidak mengherankan jika seseorang yang kekurangan vitamin D lebih mudah terserang infeksi atau mengalami sakit berulang.
Dari sisi mental, kekurangan vitamin D turut memengaruhi suasana hati karena vitamin ini terlibat dalam regulasi hormon terkait stabilitas emosi. Para peneliti bahkan menemukan keterkaitan antara rendahnya kadar vitamin D dan meningkatnya risiko depresi serta kecemasan.
Selain itu, gangguan seperti rambut rontok yang tidak biasa ataupun luka yang sulit sembuh turut menandai bahwa tubuh membutuhkan asupan vitamin D lebih banyak. Kedua kondisi tersebut terjadi karena proses regenerasi sel serta penyembuhan jaringan sangat bergantung pada peran vitamin ini.
Jika dibiarkan dalam jangka panjang, defisiensi vitamin D dapat merusak struktur tulang hingga meningkatkan risiko osteoporosis dan patah tulang. Penurunan penyerapan kalsium akibat kekurangan vitamin D membuat tulang menjadi rapuh, terutama pada kelompok usia lanjut.
Dampaknya tidak berhenti sampai di situ karena sejumlah penelitian juga menghubungkan defisiensi vitamin D dengan meningkatnya risiko penyakit jantung dan diabetes. Kerja jantung dan metabolisme tubuh menjadi terganggu akibat peradangan dan resistensi insulin yang dipicu oleh kadar vitamin yang rendah.
Dalam beberapa kasus, terutama pada usia lanjut, rendahnya kadar vitamin D diduga turut berperan dalam penurunan fungsi kognitif. Kondisi ini membuat risiko demensia meningkat, sehingga kebutuhan vitamin D menjadi semakin penting seiring bertambahnya usia.
Pada anak-anak, kekurangan vitamin D menimbulkan konsekuensi yang lebih serius karena pertumbuhan tulang sangat bergantung pada ketersediaan nutrisi tersebut. Dampaknya bisa terlihat dalam bentuk rakitis, kelainan bentuk tulang, atau keterlambatan perkembangan.
Karena itu, upaya pencegahan menjadi langkah yang paling efektif, mulai dari menambah waktu berjemur hingga mengatur pola makan dengan sumber vitamin D alami. Konsultasi dengan tenaga kesehatan juga diperlukan bagi mereka yang membutuhkan suplemen untuk menjaga kadar vitamin tetap stabil.
Dengan meningkatnya kesadaran publik terhadap gejala dan risikonya, defisiensi vitamin D seharusnya dapat ditangani lebih cepat sebelum menimbulkan komplikasi berat. Masyarakat pun diimbau lebih peka terhadap perubahan tubuh karena deteksi dini menjadi kunci pencegahan yang paling efektif.
Google News: http://bit.ly/4omUVRy
Terbaru: https://jurnas.com/redir.php?p=latest
Langganan : https://www.facebook.com/jurnasnews/subscribe/
Youtube: https://www.youtube.com/@jurnastv1825?sub_confirmation=1
Vitamin D Tanda kekurangan vitamin D Manfaat vitamin D

























