Ilustrasi jin pada Manusia - Fenomena kesurupan (Foto: Terasmuslim)
Jakarta, Jurnas.com - Fenomena kerasukan atau kesurupan masih sering muncul di berbagai wilayah Indonesia, terlebih jika ada kesurupan massal kerap menimbulkan kepanikan. Kejadian ini biasanya muncul dalam ritual, situasi tertentu, atau di lingkungan yang sarat tekanan emosional.
Namun, pertanyan terkait apakah kesurupan benar-benar ulah makhluk halus atau justru reaksi psikologis yang dapat dijelaskan oleh ilmu pengetahuan masih sering diperbincangkan. Perbincangan inilah yang membuat fenomena ini terus menarik untuk dikaji.
Dalam Islam, kesurupan sering diyakini sebagai kondisi ketika jin atau setan menguasai tubuh manusia dan memengaruhi perilakunya. Keyakinan ini didasarkan antara lain pada QS Al-Baqarah ayat 275 yang menggambarkan perilaku orang yang makan riba seperti “orang yang kemasukan setan karena gila.”
Selain itu, hadis Nabi Muhammad SAW juga menjelaskan bahwa jin dapat mengganggu manusia secara fisik maupun psikis. Biasanya, ruqyah syar’iyyah dianjurkan sebagai bentuk ikhtiar penyembuhan melalui bacaan ayat-ayat Al-Qur’an dan doa perlindungan.
Meskipun demikian, sebagian para ulama menekankan bahwa seseorang sebaiknya menjalani pemeriksaan medis terlebih dahulu sebelum memutuskan bahwa gangguan yang dialaminya berasal dari jin. Pendekatan ini dimaksudkan untuk menghindari kesalahan diagnosis yang dapat merugikan pasien.
Sementara itu ilmu pengetahuan modern menawarkan pandangan berbeda dengan mengidentifikasi kesurupan sebagai fenomena psikologis. Para ahli menyebutnya sebagai dissociative trance disorder, sebuah kondisi ketika seseorang kehilangan kesadaran dan mengalami perubahan perilaku drastis.
Peneliti biasanya menjelaskan bahwa fenomena ini sering dipicu stres berat, trauma, atau sugesti kuat yang muncul dari lingkungan. Bahkan dalam masyarakat yang masih mempercayai hal mistis, gejala kesurupan dapat muncul sebagai bentuk ekspresi kejiwaan kolektif.
Karena itu kasus kerasukan atau kesurupan massal di sekolah, pabrik, atau tempat kerja di Indonesia sering dikategorikan sebagai histeria massal. Fenomena ini biasanya merebak cepat karena tekanan emosional yang sama dirasakan oleh orang-orang dalam satu kelompok.
Meski penjelasan agama dan sains tampak berbeda, keduanya kerap saling melengkapi dalam praktik di lapangan. Banyak kasus ditangani dengan kombinasi terapi medis, konseling psikologis, dan ruqyah sehingga penanganan menjadi lebih komprehensif.
Dengan demikian pemahaman masyarakat tentang kerasukan perlu mempertimbangkan kedua perspektif agar tidak terjebak pada asumsi tunggal. Pendekatan medis tetap menjadi langkah awal, namun ruang spiritual juga diberi tempat ketika gejalanya tidak dapat dijelaskan secara ilmiah. (*)
Google News: http://bit.ly/4omUVRy
Terbaru: https://jurnas.com/redir.php?p=latest
Langganan : https://www.facebook.com/jurnasnews/subscribe/
Youtube: https://www.youtube.com/@jurnastv1825?sub_confirmation=1
Fenomena Kesurupan Islam dan Sains Kesurupan Massal


























