Ilustrasi - Studi ungkap Cium Aroma Makanan Berlemak Saat Hamil Bisa Memprogram Anak Jadi Obesitas (Foto: Pexels/ Yan Krukau)
Jakarta, Jurnas.com - Mencium aroma makanan berlemak selama kehamilan berpotensi memengaruhi risiko obesitas anak, bahkan ketika sang ibu tidak mengonsumsi makanan berlemak sama sekali. Temuan dari peneliti Max Planck Institute for Metabolism Research di Cologne ini menunjukkan bahwa aroma daging giling berlemak dalam burger atau pizza saja mampu memicu perubahan metabolisme jangka panjang pada keturunannya.
Dalam studi tersebut, tikus betina hamil diberi pakan rendah lemak yang hanya diberi aroma bacon atau daging lemak bahan penambah rasa gurih pada burger atau pizza, sehingga asupan kalori dan nutrisi tetap normal. Namun aroma tersebut masuk ke cairan ketuban dan dikenali janin, sehingga menjadi sinyal sensorik awal yang memengaruhi perkembangan sistem metabolik.
Dilansir dari Earth.com, para peneliti menjelaskan bahwa aroma makanan dapat menjadi “pesan awal” yang memprogram preferensi makan dan cara tubuh membakar energi. Karena itu, meski induk tikus tetap kurus dan sehat, keturunannya justru menunjukkan kecenderungan metabolik yang berbeda ketika dewasa.
Ketika tikus-tikus muda itu diberi makanan tinggi lemak, mereka lebih mudah mengalami peningkatan berat badan dibanding kelompok kontrol yang tidak terpapar aroma. Mereka juga menumpuk lebih banyak lemak dan mengalami resistensi insulin, yang merupakan peringatan dini risiko diabetes tipe 2.
Hasil pemindaian otak memperlihatkan perubahan pada sistem dopamin, sehingga rangsangan terhadap makanan tinggi lemak menjadi lebih kuat. Dengan demikian, pusat reward otak merespons makanan berlemak seperti sesuatu yang lebih menggoda dibanding pakan biasa.
Di saat yang sama, neuron AgRP yang mengatur rasa lapar menjadi kurang sensitif terhadap lemak, sehingga pola sinyal di otak mereka menyerupai otak yang telah lama hidup dalam kondisi obesitas. Akibatnya, kecenderungan tubuh untuk menyimpan energi meningkat meski pola makan tidak berlebihan.
Penelitian ini juga menemukan penurunan aktivitas lemak coklat, yakni jaringan yang biasanya membakar energi untuk menghasilkan panas. Karena itu, tubuh anak tikus cenderung menghemat energi alih-alih membakarnya saat mencium atau mengonsumsi makanan berlemak.
Menariknya, tikus yang hanya mencium aroma tanpa dipasangkan dengan konsumsi makanan tidak mengalami efek serupa, sehingga paparan aroma dan makanan perlu terjadi bersamaan untuk memicu perubahan metabolik. Bahkan senyawa aroma seperti acetophenone juga menimbulkan efek pada keturunan betina ketika dihubungkan dengan pakan tinggi lemak.
Meski hasil ini masih terbatas pada tikus, para ilmuwan menilai bahwa temuan tersebut memberi gambaran tentang bagaimana aroma makanan modern dapat mencapai janin melalui cairan ketuban dan mempengaruhi perkembangan sistem saraf. Oleh karena itu, kualitas sensorik makanan, bukan hanya kalorinya, mungkin memiliki peran lebih besar dalam risiko obesitas keturunan.
Penelitian yang dipublikasikan dalam Nature Metabolism ini menunjukkan pentingnya memahami bahwa lingkungan sensorik selama kehamilan ikut membentuk cara tubuh anak merespons makanan di masa depan. Karena itu, para ahli mendorong studi lanjutan untuk mengetahui sejauh mana aroma makanan memengaruhi janin manusia. (*)
Google News: http://bit.ly/4omUVRy
Terbaru: https://jurnas.com/redir.php?p=latest
Langganan : https://www.facebook.com/jurnasnews/subscribe/
Youtube: https://www.youtube.com/@jurnastv1825?sub_confirmation=1
Makanan Berlemak Ibu Hamil Risiko Obesitas























