Jum'at, 05/12/2025 10:19 WIB

Kisah Umar Bin Khatab Memikul Karung Gandum untuk Korban Bencana Kelaparan





Aslam menawarkan bantuan untuk memikul karung itu, namun Umar menolak tegas dengan menyatakan bahwa ia tak ingin menyerahkan beban amanahnya kepada orang lain

Ilustrasi - Kisah Umar Bin Khatab Memikul Karung Gandum untuk Korban Bencana Kelaparan (Foto: Tagar)

Jakarta, Jurnas.com - Pada masa kepemimpinan Umar bin Khattab, Arab pernah dilanda musim kelam yang dikenal sebagai Tahun Abu. Krisis panjang itu membuat hujan tak turun, tanaman mati, dan kelaparan menjalar sampai pelosok gurun.

Di tengah situasi genting itu, Umar tetap melakukan patroli malam bersama sahabatnya, Aslam, untuk melihat langsung kondisi rakyat. Dari perjalanan itulah keduanya mendengar tangis seorang anak dari sebuah kemah rompeng di tengah padang pasir.

Tangisan itu membawa mereka mendekat, hingga terlihat seorang janda sedang mengaduk panci di atas api kecil. Umar menyapanya dengan salam dan bertanya apa yang membuat anaknya menangis begitu keras.

Sang janda menjawab lirih bahwa anaknya bukan sakit, melainkan lapar sejak pagi. Namun kenyataan itu semakin menyayat ketika Umar menemukan isi panci itu hanyalah batu-batu kecil yang direbus untuk menghibur sang anak.

Wanita itu kemudian menumpahkan keluhannya bahwa Umar bin Khattab tak melihat kondisi rakyat kecil, sehingga ia dan anaknya terabaikan. Aslam hendak menegur perempuan itu, tetapi Umar menahannya dan memilih mendengarkan sambil menahan air mata.

Pengakuan itu membuat Umar bergegas pulang ke Madinah dan menuju Baitul Mal, tanpa sedikit pun beristirahat. Ia mengambil karung gandum dan memintanya diletakkan di punggungnya sendiri.

Aslam menawarkan bantuan untuk memikul karung itu, namun Umar menolak tegas dengan menyatakan bahwa ia tak ingin menyerahkan beban amanahnya kepada orang lain. Ia menilai setiap kelalaian atas rakyat akan menjadi tanggung jawab pribadinya kelak di hadapan Allah.

Dengan langkah berat tetapi mantap, Umar berjalan kembali menembus gurun membawa gandum itu. Angin dingin padang pasir tak menghalangi tekadnya untuk memastikan keluarga miskin itu tak melewati satu malam lagi dalam kelaparan.

Sesampainya di kemah, Umar langsung membantu memasak dengan tangannya sendiri dan meniup api hingga menyala terang. Ia lalu memberi ruang bagi keluarga itu untuk makan sambil memperhatikan wajah anak-anak yang kembali ceria.

Sang janda yang belum mengenal Umar mengucapkan doa agar Allah membalas kebaikan laki-laki itu, bahkan menyebutnya lebih baik dari Khalifah Umar. Umar hanya mengingatkannya agar esok datang ke Baitul Mal untuk menemui Amirul Mukminin yang akan memastikan kebutuhannya terpenuhi.

Keesokan harinya, perempuan itu datang dan langsung gemetar ketika mengetahui bahwa lelaki yang membantunya adalah Umar bin Khattab sendiri. Ia meminta maaf dan siap menerima hukuman, tetapi Umar menyambutnya dengan senyum yang menenangkan.

Umar menegaskan bahwa perempuan itu tidak bersalah dan justru ia yang berdosa karena ada rakyat yang terlewat dari pengawasannya. Ia kemudian memastikan kebutuhan keluarga itu dipenuhi secara layak agar mereka tak lagi terperosok dalam kelaparan.

Kisah ini tetap hidup karena memperlihatkan bagaimana seorang pemimpin hadir langsung di tengah rakyat pada masa terberat. Melalui tindakan sederhana namun penuh makna itu, Umar bin Khattab meninggalkan standar kepemimpinan yang terus relevan sepanjang zaman. (*)

Sumber: Berbagai sumber

KEYWORD :

Kisah Inspiratif Umar Bin Khatab Pikul Karung Bencana Kelaparan Tahun Abu




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :