Kamis, 04/12/2025 11:19 WIB

Ilmuwan Ungkap Waktu Terbaik untuk Mandi, Pagi atau Malam?





 Para ilmuwan akhirnya tmukan jawaban atas perdebatan klasik mengenai kapan waktu terbaik untuk mandi, pagi atau malam? Jawabannya ternyata jauh lebih kompleks

Ilustrasi - Sedang mandi (Foto: MIRROR CO UK)

Jakarta, Jurnas.com - Para ilmuwan akhirnya menemukan jawaban atas perdebatan klasik mengenai kapan waktu terbaik untuk mandi, pagi atau malam? Jawabannya ternyata jauh lebih kompleks dari sekadar preferensi pribadi. Waktu mandi berkaitan erat dengan mikroba kulit, alergen yang terperangkap di tempat tidur, hingga aktivitas biologis tubuh saat kita tidur.

Riset yang dipimpin Dr. Primrose Freestone, dosen senior mikrobiologi klinis di University of Leicester, meneliti bagaimana kebiasaan sehari-hari, termasuk mandi dan mencuci sprei, dapat membentuk komunitas mikroba pada kulit manusia.

Setiap kali mandi, kita membilas keringat, minyak, partikel debu, serta sebagian mikroba yang hidup alami di kulit. Tetapi, perpindahan bahan-bahan itu tidak berhenti di kamar mandi. Mereka terus berpindah antara kulit, pakaian, dan tempat tidur. Karena itu, waktu mandi memengaruhi berapa lama bakteri penyebab bau badan berada di sekitar tubuh kita.

Hal ini menjadi penting karena bau badan tidak berasal dari keringat, melainkan dari bakteri yang memecah komponen tertentu menjadi senyawa bernama thioalcohols yang sangat menyengat. Dan karena hanya sebagian bakteri Staphylococcus yang memiliki enzim pemecah molekul keringat itu, komposisi mikroba kulit sangat memengaruhi intensitas bau seseorang.

Oleh sebab itu mandi dan mengenakan pakaian bersih dapat menggeser keseimbangan bakteri tersebut, sementara pemilihan waktu mandi mengatur seberapa lama bakteri aktif setelah kita beraktivitas. Ketidaktepatan waktu mandi dapat membuat bakteri kembali dominan hanya beberapa jam setelah kita keluar rumah.

Kondisi ini semakin diperkuat oleh fakta bahwa setiap malam kita meninggalkan serpihan kulit dan sedikit keringat di tempat tidur yang kemudian menjadi makanan tungau debu. Seiring waktu sprei yang jarang dicuci dapat mengumpulkan bakteri, alergen, dan partikel luar ruangan yang menumpuk menjadi komunitas mikroba padat.

Akibatnya, ketika seseorang mandi malam lalu tidur di sprei yang tidak segar, kulit yang bersih bersentuhan kembali dengan lapisan bakteri dan alergen selama berjam-jam. Kontaminasi ulang ini membuat manfaat mandi malam cepat hilang dan aroma tubuh kembali muncul saat bangun pagi.

Sementara itu para ahli kulit dari Baylor College of Medicine mengingatkan bahwa mandi berlebihan juga tidak baik karena dapat merusak lapisan pelindung alami kulit. Kondisi ini dapat memicu kulit kering, iritasi, hingga eksim pada sebagian orang.

Karena itulah bagi kebanyakan individu yang tidak banyak berkeringat, mandi sekali sehari atau dua hari sekali sudah cukup untuk menjaga kebersihan. Dan berdasarkan alur perpindahan mikroba antara tubuh, pakaian, dan tempat tidur, mandi pagi menjadi pilihan paling efektif untuk menjaga kesegaran sepanjang hari.

Penelitian yang dipublikasikan dalam Scientific Reports ini kemudian memberikan dasar ilmiah yang jelas mengenai kebiasaan mandi yang paling tepat. Dengan demikian perdebatan seputar mandi pagi atau malam akhirnya memiliki pijakan baru yang lebih kuat dari sudut pandang sains. (*)

Sumber: Earth

 

KEYWORD :

Waktu Mandi Bau Badan Mikroba Kulit Kebiasaan Mandi




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :