Jum'at, 28/11/2025 06:57 WIB

Komunitas GGS Penyintas Stroke di Roemah Nenas, Semangat Sehat Kembali





Roemah Nena kembali memberikan hiburan yang sangat bermanfaat untuk para lansia penyintas stroke

Komunita GGS Penyintas Stroke berkumpul d Roemah Nena. (Foto: Jurnas/Ira).

Jakarta, Jurnas.com- Roemah Nena Cirendeu, Ciputar, Tangerang Selatan kembali memberikan hiburan yang sangat bermanfaat untuk para lansia. Kali ini para penyitas stroke (Penederita Stroke) yang tergabung dalam Komunitas Ganteng-Ganteng Stroke (GGS), sebuah kelompok yang bukan saja menjadi tempat bersosialisasi, tetapi juga sarana pemulihan menyeluruh bagi tubuh, pikiran, dan emosi.

Komunitas ini tumbuh di Roemah Nena, sebuah tempat yang menjadi ruang pemberdayaan lansia dan penyintas penyakit kronis yang digerakkan Erna Djony. Di tempat ini, proses pemulihan tidak hanya dilakukan melalui latihan fisik, tetapi juga lewat kegiatan sosial, kebahagiaan bersama, dan terapi mental yang terstruktur.

Erna memulai program ini setelah melihat betapa banyak penyintas stroke atau yang biasa disebut stroker ini merasa kehilangan arah setelah menjalani terapi medis. Mereka bisa bergerak lebih baik, tetapi hatinya masih menyimpan kecemasan, rasa takut, bahkan perasaan tidak berguna.

“Saya hanya membayangkan kalau saya yang kena stroke. Rumah mungkin sepi, bosan, dan hati cepat sedih. Di sini saya ingin mereka merasa hidup lagi, bernyanyi, bergerak sebisanya, dan tertawa,” kata Erna, Rabu (26/11).

Bagi Erna, pemulihan penyintas stroke tidak bisa hanya dilakukan melalui latihan pergerakan. Kegembiraan, dukungan sosial, dan rasa dihargai adalah bagian tak terpisahkan dari proses penyembuhan.

“Yang membuat saya terharu, mereka itu semangat sekali. Bahkan lebih semangat dibanding orang sehat. Itu energi yang luar biasa untuk penyembuhan,” jelas Erna didampingi Ida Bagus Ketut Nelson, CHt., NGH-USA dan rekan lainnya.

Komunitas GGS berawal dari pertemuan rutin di rumah sakit, tempat mereka sama-sama menjalani terapi fisik. Dari sana, lahir kebutuhan untuk saling mendukung di luar ruang medis. Kini, GGS memiliki puluhan anggota yang aktif mengikuti kegiatan mingguan.

Purwito Ardes, salah satu anggota, menyebut komunitas di Roemah Nena menyebut, komunitas ini adalah ruang aman bagi para lansia dan penyintas.

“Di sini bukan cuma latihan, tapi juga pengajian, pertemuan rutin, dan berbagai kegiatan yang membuat kami tetap aktif. Saya bangga bisa jadi bagian dari komunitas ini,” ujar Purwito.

Di salah satu sesi kumpul-kumpul GGS ini, hadir ahli hypnotherapy Master Ida Bagus Ketut Nelson. Ia memperkenalkan konsep pemulihan berbasis kecerdasan spiritual dan visualisasi positif.

“Saat mereka mengimajinasikan diri sehat, otak membentuk koneksi baru yang mendukung gerakan dan fungsi tubuh. Itu bukan sugesti kosong, ini proses biologis yang bisa dipicu,” jelasnya.

Terapi yang diberikan pada penderita stroke ini, imbuh Hikari berfokus pada relaksasi mendalam (induksi hipnosis), untuk meredakan ketegangan tubuh. Lalu, membangun realita sehat dalam pikiran, sebagai blueprint bagi otak. Kemudian ada teknik jangkar (anchor) di pergelangan tangan dengan kata kunci “sehat”.

“Pengulangan dan konsistensi harus dilakukan agar otak terus memperkuat jalur saraf yang baru terbentuk,” ujar Hikari.

Menurutnya, terapi seperti ini membantu melancarkan aliran darah, memaksimalkan suplai oksigen ke area otak yang terdampak, dan memperkuat koordinasi tubuh.

“Pemulihan stroke adalah proses panjang. Tapi ketika pikiran diprogram sehat, tubuh akan mengikuti,” imbuhnya.

Kembali ke komunitas GGS, diungkapkan Erna, banyak anggota yang dulunya adalah pejabat, anggota militer atau profesional. Ketika stroke menyerang, banyak yang merasa harga dirinya runtuh. Namun di Roemah Nena, mereka pun kembali menemukan makna hidup.

“Yang saya ingin, mereka tetap merasa bermakna, percaya diri dan tetap punya tujuan,” ujar Erna yang didampingi Nama Nina Irsal, pemilik Giem@wadPiano yang kerap mendukung kegiatan di Roemah Nena.

Di tengah sesi musik sederhana dan latihan perlahan, tampak jelas bahwa komunitas ini menawarkan sesuatu yang tidak dimiliki fasilitas medis manapun: kehangatan manusia.

Pemulihan bagi para penyintas stroke bukan sekadar kembali berjalan atau menggerakkan tangan. Ini juga tentang kembali merasa hidup. Dan di Roemah Nena, perjalanan itu dimulai dengan kebahagiaan kecil yang dilakukan bersama.

KEYWORD :

Komunitas GGS Penyintas Stroke Roemah Nena




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :