Ketua Asosiasi Aqidah dan Filsafat Islam (ASAFI), Kholid Al Walid memberikan sambutan pada acara International Conference bertema `Critical Discourse on Islamic Philosophy`di Jakarta (Foto: Ist/Jurnas.com)
Jakarta, Jurnas.com - Asosiasi Aqidah dan Filsafat Islam (ASAFI) se-Indonesia menyelenggarakan International Conference bertema `Critical Discourse on Islamic Philosophy`, pada Kamis (27/11) di Jakarta. Kegiatan ini diikuti akademisi dari berbagai perguruan tinggi nasional dan internasional.
Ketua ASAFI, Kholid Al Walid, dalam sambutan pembukaan menyampaikan bahwa perkembangan ASAFI terus berjalan positif dengan berbagai penyelenggaraan konferensi internasional.
“Asosiasi ini mungkin belum bisa berlari seperti yang lain, tetapi alhamdulillah prestasi-prestasi sudah luar biasa. Kita sudah banyak beberapa kali conference internasional ASAFI 2025 ini,” ujar Kholid.
Lebih lanjut, Ketua ASAFI juga menyoroti pentingnya filsafat sebagai fondasi yang menopang perkembangan bangsa.
“Kita tidak bisa membangun suatu peradaban atau sebuah bangsa yang besar tanpa kemudian ada bangunan filsafat untuk menopangnya. Lihatlah dalam perjalanan sejarah, bangsa-bangsa besar selalu ada tokoh filsafat di dalamnya,” kata Kholid.
Ia menilai Indonesia memiliki sejarah panjang para pemikir penting, namun dalam beberapa dekade terakhir jumlah tokoh yang muncul dengan gagasan besar semakin berkurang.
Menurut Kholid, tugas tersebut kini berada di pundak Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam yang dinilainya memiliki mandat melahirkan generasi pemikir.
“Prodi ini tidak menjanjikan seperti prodi-prodi lain yang mempunyai kesempatan pragmatis untuk bekerja, tetapi prodi ini berupaya menghasilkan tokoh-tokoh, pemikir-pemikir, yang mampu menghadirkan ide-ide yang segar bagi bangsa ini,” tambahnya.
Ia juga menyoroti kendala yang muncul ketika prodi berbasis filsafat harus disesuaikan dengan standar akreditasi yang berorientasi pada pekerjaan teknis.
“Kalau dalam pola seperti itu, tentu prodi ini akan sulit bersaing dengan prodi lainnya. Tetapi kita menawarkan yang lebih besar dari itu,” ucapnya.
Kemudian, Kholid juga merujuk pada pentingnya pemikiran kritis untuk menopang moderasi beragama.
“Berbagai tokoh kita seperti Menteri Agama menggagas pemikiran moderasi beragama, tetapi tanpa pemikiran yang kokoh, tidak mungkin terjadi moderasi itu. Moderasi harus didasari pemikiran kritis, sistematis, analitis, dan ini hanya didapat melalui pendekatan filsafat,” ujarnya.
Ia berharap pola pikir kritis mulai dikembangkan sejak jenjang pendidikan awal agar bangsa memiliki basis rasional yang kuat.
Sementara itu, Ketua Pelaksana ASAFI 2025, Irzum Farihah, menjelaskan bahwa konferensi ini merupakan kegiatan rutin yang telah berlangsung sejak 2017.
“Kegiatan ini dilaksanakan sejak 2017, kemudian 2018, 2019, sempat berhenti di tahun 2020 dan 2021 karena Covid, tapi alhamdulillah kembali mulai di tahun 2023 di Yogya, lalu di Lampung, Bandung, dan sekarang di Jakarta,” ujarnya.
Irzum juga menyoroti adanya kerja sama lintas lembaga dalam setiap penyelenggaraan.
“Setiap tahun ada kolaborasi antara satu perguruan tinggi, bukan hanya kolaborasi nasional tapi internasional,” katanya.
Ia juga menilai konferensi ASAFI menjadi ruang bertemunya ide-ide baru.
“Konferensi ini bukan hanya sekadar forum akademik, melainkan ruang pertemuan gagasan dan pikiran, juga sebagai sarana memperluas jaringan ilmiah, dan wadah untuk meneguhkan kembali posisi filsafat Islam dalam menjawab tantangan zaman,” ujar Irzum.
Google News: http://bit.ly/4omUVRy
Terbaru: https://jurnas.com/redir.php?p=latest
Langganan : https://www.facebook.com/jurnasnews/subscribe/
Youtube: https://www.youtube.com/@jurnastv1825?sub_confirmation=1
ASAFI 2025 Asosiasi Aqidah dan Filsafat Islam Forum Internasional Kholid Al Walid


























