Ilustrasi stres (Foto: Doknet)
Jakarta, Jurnas.com - Selama bertahun-tahun stroke dianggap sebagai penyakit orang lanjut usia. Namun, tren kesehatan terkini menunjukkan bahwa stroke pada usia muda meningkat signifikan, dan faktor stres menjadi salah satu pemicu yang paling sering muncul dalam penelitian medis.
Ketika tubuh mengalami stres, otak mengirimkan sinyal ke kelenjar adrenal untuk melepaskan kortisol dan hormon adrenalin. Kedua hormon ini memang membantu tubuh tetap waspada, tetapi jika kadarnya tinggi dalam waktu panjang, pembuluh darah akan mengalami penyempitan.
Penyempitan inilah yang meningkatkan tekanan darah dan melemahkan dinding pembuluh darah otak. Jika kondisi ini berlangsung lama tanpa penanganan, risiko pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik) atau tersumbatnya aliran darah (stroke iskemik) meningkat tajam.
Gaya hidup modern membuat generasi muda rentan mengalami stres kronis. Tekanan pekerjaan, masalah finansial, hingga tuntutan sosial membuat beban mental semakin besar. Banyak anak muda tidak menyadari bahwa akumulasi stres dapat berdampak langsung pada kesehatan otak.
Kebiasaan begadang untuk menyelesaikan pekerjaan atau mencari hiburan turut memperburuk kondisi. Kurang tidur membuat tubuh gagal menurunkan hormon stres secara alami, sehingga tubuh terus berada dalam keadaan siaga.
Tak sedikit pula generasi muda yang mengandalkan kopi atau minuman energi berlebihan untuk bertahan sepanjang hari. Padahal, kafein tinggi dapat memicu lonjakan tekanan darah dan mempercepat detak jantung, yang keduanya berkontribusi pada risiko stroke.
Pada beberapa kasus, stres memicu seseorang merokok atau mengonsumsi alkohol sebagai pelarian. Kedua kebiasaan ini mempercepat kerusakan pembuluh darah dan memperbesar peluang terjadinya gumpalan darah.
Yang berbahaya, gejala awal stroke sering kali tidak dianggap serius. Kebas di wajah, bicara pelo, atau mati rasa pada anggota tubuh sering dikira hanya kelelahan. Padahal, itu bisa menjadi tanda terganggunya aliran darah ke otak.
Kabar baiknya, stroke pada usia muda dapat dicegah dengan perubahan perilaku sederhana. Mengelola stres melalui olahraga rutin, meditasi, tidur cukup, hingga mempraktikkan manajemen waktu dapat menurunkan risiko secara signifikan.
Lingkungan kerja dan sosial juga memiliki peranan besar. Ruang kerja yang tidak mendukung keseimbangan hidup dapat meningkatkan tekanan mental, sehingga perusahaan pun dihimbau lebih peduli pada kesehatan karyawan.
Konsultasi medis perlu dilakukan jika seseorang mulai mengalami gejala mencurigakan, terutama sakit kepala sering, keluhan penglihatan, atau sensasi kebas yang berulang. Deteksi dini dapat menyelamatkan nyawa.
Google News: http://bit.ly/4omUVRy
Terbaru: https://jurnas.com/redir.php?p=latest
Langganan : https://www.facebook.com/jurnasnews/subscribe/
Youtube: https://www.youtube.com/@jurnastv1825?sub_confirmation=1
stres pemicu stroke stroke usia muda bahaya stres kronis























