Senin, 24/11/2025 01:07 WIB

Model Iklim Baru Prediksi Badai Bumi Kian Ganas, Hujan Ekstrem Melonjak





Badai terbesar di Bumi diramalkan atau diprediksi akan menjadi jauh lebih intens sepanjang abad ini, menurut proyek pemodelan iklim global terbaru

Ilustrasi pasca badai besar dan hujan ekstrem (Foto: AFP/STR)

Jakarta, Jurnas.com - Badai terbesar di Bumi diramalkan atau diprediksi akan menjadi jauh lebih intens sepanjang abad ini, menurut proyek pemodelan iklim global terbaru. Simulasi beresolusi tinggi menunjukkan bahwa hujan ekstrem di daratan dapat terjadi lebih sering daripada yang diperkirakan model-model lama.

Peringatan ini berasal dari MESACLIP, eksperimen komputer yang dipimpin Dr. Ping Chang dari Texas A&M University. Model ini memakai grid atmosfer sekitar 15 mil sehingga mampu menangkap detail badai yang sebelumnya luput dari resolusi kasar.

Selama ini model iklim menggunakan grid besar demi efisiensi, namun cara itu mengaburkan dinamika hujan ekstrem. MESACLIP menawarkan lompatan baru karena mampu memotret proses kecil yang memicu badai besar.

Dengan resolusi 25 kilometer di atmosfer dan 10 kilometer di lautan, model ini merepresentasikan pembentukan badai secara lebih realistis. Simulasi dijalankan melalui berbagai skenario emisi dan menghasilkan ensemble yang lebih kuat secara statistik.

Seluruh eksperimen menghasilkan setara 4.500 tahun data iklim dan memakan hampir 900 hari waktu superkomputer. Data enam petabyte ini kini menjadi bahan analisis ilmiah berskala besar.

Model lama menekankan bahwa udara hangat membawa lebih banyak uap air, sementara MESACLIP menemukan peran besar konvergensi kelembapan regional. Proses ini memicu sistem konvektif mesoskal yang menjadi sumber utama hujan ekstrem.

Kemampuan model menangkap struktur hurricane dan atmospheric rivers membuat hubungan antara badai ekstrem, angin, dan suhu laut terlihat lebih jelas. Hal ini juga meningkatkan akurasi reproduksi kejadian hujan lebat masa lalu.

Dalam skenario emisi tinggi, hujan ekstrem harian di daratan diproyeksikan meningkat 41 persen pada 2100. Kenaikan ini dipicu bukan hanya udara yang lebih hangat, tetapi juga perubahan pola angin yang memusatkan kelembapan.

Para peneliti menilai model tradisional belum menangkap skala ancaman tersebut. Akibatnya, wilayah seperti Gulf Coast dan California pesisir diprediksi akan mengalami lebih banyak hari dengan badai ekstrem daripada yang diperhitungkan sebelumnya.

Simulasi resolusi tinggi juga memperlihatkan rangkaian badai panjang yang mengikuti jalur angin tertentu, yang sebelumnya tak terlihat dalam model kasar. Pola ini memberi gambaran baru tentang risiko banjir ekstrem.

MESACLIP turut memecahkan misteri pendinginan anomali di Samudra Selatan dan Pasifik timur yang terkait pengaruh lubang ozon. Model ini juga menggambarkan pemanasan Arktik dengan lebih baik dan memproyeksikan AMOC melemah tanpa kolaps.

Temuan ini sejalan dengan tren global menuju model beresolusi tinggi yang lebih baik meniru hujan ekstrem singkat. Inisiatif seperti HighResMIP mendorong pusat riset untuk membandingkan hasil di bawah standar yang sama.

Penilaian independen menunjukkan akurasi meningkat ketika grid diperkecil, terutama untuk badai terorganisasi. Hal ini memperkuat prediksi bahwa badai intens akan makin sering muncul dalam iklim yang memanas.

Data seperti ini menjadi dasar penting bagi metode machine learning yang membutuhkan contoh ekstrem masa depan. Dengan pemahaman yang lebih tajam, proyeksi risiko dan peringatan dini dapat dibuat lebih sesuai dengan kondisi yang akan datang.

Upaya ini menunjukkan bahwa ketika struktur badai terlihat lebih jelas, masa depan tampak lebih penuh hujan ekstrem namun juga lebih dapat dipetakan. Studi lengkap mengenai temuan ini dipublikasikan di Nature Geoscience.

Sumber: Earth

 

KEYWORD :

Badai Besar Hujan Ekstrem Badai Bumi




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :