Seminar Internasional bertajuk Pengembangan Filsafat Praktis (Hikmah Amaliyah) dalam Masyarakat Islam Modern - Ilustrasi Hari Filsafat Sedunia (Foto: Ist/Jurnas.com)
Jakarta, Jurnas.com - Hari Filsafat Sedunia diperingati setiap Kamis ketiga bulan November, dan tahun ini jatuh pada 20 November 2025. Peringatan ini merupakan sebuah momen global untuk mengingatkan kembali nilai berpikir kritis, dialog, dan pencarian kebenaran tentang hidup, keadilan, kebenaran, hingga masa depan manusia.
Gagasan peringatan Hari Filsafat Sedunia pertama muncul pada 2002 ketika UNESCO menilai bahwa tradisi berfilsafat perlu dirawat agar ruang publik tetap sehat dan terbuka. Karena itu, pada 2005 UNESCO menetapkannya sebagai agenda tahunan internasional agar nilai-nilai filsafat tidak tergerus oleh derasnya arus informasi.
Penetapan ini lahir dari kegelisahan terhadap meningkatnya polarisasi dan menurunnya kemampuan masyarakat menyaring informasi, sehingga filsafat dianggap relevan untuk mengembalikan kejernihan berpikir. Dengan cara itu, perayaan ini diharapkan mendorong masyarakat untuk lebih berani bertanya sebelum percaya.
Tradisi bertanya menjadi inti dari filsafat karena ia mengajak manusia memeriksa asumsi sebelum mengambil kesimpulan. Dalam konteks digital yang sarat hoaks dan opini instan, kemampuan bernalar semacam ini menjadi kebutuhan mendesak yang tak bisa lagi ditunda.
Kesadaran itu lalu menghubungkan peran filsafat dengan kehidupan sehari-hari, tidak hanya sebatas teori di ruang akademik. Filsafat diharapkan menjadi jembatan dialog yang membantu masyarakat memahami perbedaan tanpa memperlebar jarak sosial.
Keterkaitan ini semakin terasa ketika dunia menghadapi isu besar seperti kemajuan kecerdasan buatan atau perubahan iklim yang menuntut pertimbangan etis yang matang. Setiap keputusan strategis kini memerlukan panduan moral, bukan hanya kalkulasi ekonomi atau politik semata.
Oleh karena itu, Hari Filsafat Sedunia relevan sebagai pengingat bahwa arah masa depan tidak bisa diputuskan tanpa refleksi mendalam. Filsafat memberikan ruang untuk mempertanyakan batasan moral teknologi, peran manusia dalam menjaga planet, hingga hak-hak individu di era digital.
Namun, relevansi itu juga diuji oleh maraknya misinformasi dan kultur debat yang dangkal, yang sering membuat ruang publik kehilangan substansi. Melalui peringatan ini, UNESCO ingin mendorong budaya dialog yang lebih jernih sehingga masyarakat terbiasa menyimak sebelum menghakimi.
Keterhubungan antara refleksi dan tindakan menjadi pesan utama perayaan ini karena filsafat bukan sekadar wacana abstrak, melainkan alat untuk membuat keputusan lebih bijak. Dengan demikian, filsafat hadir untuk memperkuat ketahanan masyarakat terhadap manipulasi dan ekstremisme.
Hari Filsafat Sedunia mengingatkan bahwa ketika manusia berhenti bertanya, ia berhenti berkembang. Karena itu, merawat filsafat berarti merawat kemampuan paling mendasar yang membedakan manusia dari sekadar pengikut arus: kemampuan untuk berpikir dengan jujur dan terbuka.
Filsafat bisa menjadi cara berpikir yang membebaskan dan sekaligus membangun manusia dan masyarakat beserta tatanannya. Filsafat juga dapat mendorong manusia untuk lebih bijak dalam bersikap dan bertindak.
Google News: http://bit.ly/4omUVRy
Terbaru: https://jurnas.com/redir.php?p=latest
Langganan : https://www.facebook.com/jurnasnews/subscribe/
Youtube: https://www.youtube.com/@jurnastv1825?sub_confirmation=1
Hari Filsafat Sedunia Sejarah Hari Filsafat Makna Hari Filsafat


























