Selasa, 18/11/2025 15:40 WIB

Habiburokhman Luruskan Isu Hoaks Terkait Peran Polisi di UU KUHAP Baru





Sebelum saya membaca laporan, saya perlu menyampaikan sedikit klarifikasi, Bapak dan Ibu, terkait adanya hoaks atau berita bohong yang beredar sangat masif.

Ketua Komisi III DPR RI, Habiburokhman

Jakarta, Jurnas.com - Ketua Komisi III DPR RI Habiburokhman meluruskan informasi bohong atau hoaks di media sosial (medsos) terkait peran polisi dalam UU KUHAP yang baru. Ada empar hoaks yang tersebar terkait peran polisi dalam payung hukum tersebut.

"Sebelum saya membaca laporan, saya perlu menyampaikan sedikit klarifikasi, Bapak dan Ibu, terkait adanya hoaks atau berita bohong yang beredar sangat masif, ini ya di sosial media," kata Habiburokhman dalam Rapat Paripurna di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (18/11).

Habiburokhman lantas menjabarkan 4 isu yang beredar di medsos. Berikut bunyi kabarnya;

Kalau RUU KUHAP disahkan, polisi jadi bisa lakukan ini ke kamu tanpa izin hakim:

1. Diam-diam menyadap, merekam dan mengutak-atik alat komunikasi digitalmu tanpa batasan soal penyadapan sama sekali,

2. Polisi bisa membekukan sepihak tabungan dan semua rekening onlinemu,

3. Polisi bisa mengambil HP, laptop, dan data elektronikmu,

4. Polisi bisa menangkap, melarang meninggalkan tempat, menggeledah bahkan melakukan penahanan tanpa konfirmasi tindak pidana.

Habiburokhman memastikan empat kabar itu tidak benar. Legiator dari Fraksi Partai Gerindra itu menyebut aturan soal penyadapan tak diatur oleh KUHAP baru, melainkan regulasi sendiri melalui undang-undang.

"Kami perlu klarifikasi bahwa menurut Pasal 135 ayat (2) KUHAP yang baru, hal ihwal penyadapan itu tidak diatur sama sekali dalam KUHAP, tapi akan kita atur di UU tersendiri yang membahas soal penyadapan," kata Habiburokhman.

"Sejauh ini kalau dari pembicaraan lintas fraksi di Komisi III hampir semua fraksi, bahkan semua fraksi menginginkan penyadapan itu nanti diatur secara sangat hati-hati dan harus dengan izin ketua pengadilan," timpal Politikus Gerindra ini.

Habiburokhman juga meluruskan isu yang kedua, terkait pemblokiran rekening. Habiburokhman membantah jika polisi bisa melakukan pemblokiran tanpa izin pengadilan.

"Kami perlu sampaikan bahwa menurut Pasal 139 ayat (2) KUHAP baru yang insyallah ini akan disahkan semua bentuk pemblokiran tabungan, data di drive dan sebagainya, harus dilakukan dengan izin hakim ketua pengadilan," kata dia.

Habiburokhman juga menjelaskan soal penyitaan oleh polisi. Habiburokhman menegaskan jika setiap penyitaan yang dilakukan oleh aparat mesti izin ketua pengadilan negeri.

"Menurut Pasal 44 KUHAP baru yang akan kita sahkan ya, bahwa semua bentuk penyitaan itu harus dengan izin ketua pengadilan negeri. Jadi tidak benar," katanya.

Habiburokhman juga menekankan penangkapan harus dilakukan dengan hati-hati. Habiburokhman membantah adanya kabar polisi bisa menangkap, melarang meninggalkan tempat, menggeledah bahkan melakukan penahanan tanpa konfirmasi tindak pidana.

"Hal ini juga tidak benar, bahwa menurut Pasal 93 dan Pasal 99 KUHAP baru penangkapan, penahanan, penggeledahan harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan berdasarkan minimal 2 alat bukti. Sementara penahanan nanti kita jelaskan diatur lebih rinci," ucapnya.

Revisi KUHAP resmi disahkan menjadi undang-undang oleh DPR usai menjalani sejumlah pembahasan di Komisi III DPR. Pengesahan KUHAP ini dilakukan dalam Rapat Paripurna DPR di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa, 18 November 2025.

Pimpinan DPR meminta persetujuan kepada seluruh anggota Dewan terkait RKUHAP. Semua anggota Dewan dari seluruh fraksi menyatakan sepakat revisi KUHAP disahkan menjadi undang-undang.

"Tibalah saatnya kami meminta persetujuan fraksi-fraksi terhadap Rancangan Undang-Undang tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, apakah dapat disetujui untuk disahkan menjadi undang-undang?" tanya Ketua DPR Puan Maharani.

"Setuju," jawab para anggota Dewan disambut ketuk palu pimpinan DPR oleh Puan.

KEYWORD :

Warta DPR Ketua Komisi III Habiburokhman Gerindra isu hoaks peran polisi UU KUHAP Politikus Ge




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :