Ilustrasi tanaman cabai (Foto: Ist)
Jakarta, Jurnas.com - Memasuki musim hujan, biasanya petani cabai menghadapi dilema antara peluang dan risiko. Di satu sisi, curah hujan yang melimpah menjadi keuntungan karena tanaman tidak lagi bergantung pada irigasi intensif atau tanpa mengandalkan penyiraman rutin, sehingga dapat menekan biaya produksi.
Tanaman cabai yang dibudidayakan pada musim hujan juga berpeluang memberikan nilai ekonomi lebih tinggi. Sebab, penurunan produksi di sejumlah daerah membuat harga cabai cenderung naik pada periode ini. Terlebih, beberapa bulan lagi umat Islam akan memasuki Ramadan dan Hari Raya Idulfitri, di mana biasanya harga sejumlah bahan makanan, termasuk cabai kerap mengalami kenaikan.
Namun, di sisi lain, kelembapan tinggi di musim hujan membuka pintu bagi berbagai penyakit yang mudah menyerang tanaman cabai. Karena itu, petani perlu menerapkan teknik budidaya yang mampu menahan dampak cuaca ekstrem.
Agar tetap produktif di tengah cuaca basah, petani perlu menerapkan strategi budidaya yang lebih adaptif. Dilansir dari Dinas Pertanian Pemkab Buleleng, berikut langkah-langkah penting yang bisa dilakukan untuk menjaga tanaman cabai tetap sehat di musim hujan, dan menghasilkan panen maksimal.
1. Tinggikan Bedengan dan Atur Jarak Tanam
Bedengan setidaknya setinggi 30 cm membantu mencegah genangan air yang dapat memicu busuk akar. Sementara itu, jarak tanam 50–75 cm memberikan ruang sirkulasi udara dan cahaya matahari yang cukup ke bagian bawah tanaman, sehingga kelembapan berlebih dapat ditekan.
2. Manfaatkan Plastik Mulsa
Plastik mulsa mencegah air hujan langsung masuk ke dalam tanah dan mengurangi percikan tanah yang membawa spora penyakit. Air akan mengalir menuju saluran irigasi dengan lebih teratur, sehingga kondisi permukaan tanah tetap stabil dan tidak terlalu lembap.
3. Kurangi Pupuk Nitrogen Berlebih
Pada musim hujan, tanaman cabai cenderung sulit menyerap nitrogen. Gunakan pupuk dasar NPK 15-15-15 yang kemudian dilengkapi SP-36 dan KCL untuk menjaga keseimbangan nutrisi. Pengurangan nitrogen juga membantu tanaman tidak terlalu rimbun sehingga risiko penyakit bisa diminimalkan.
4. Gunakan Fungisida Alami atau Kimia secara Bijak
Untuk pencegahan, fungisida hayati seperti Trichoderma sp. dan Mikoriza sangat dianjurkan karena ramah lingkungan dan efektif menekan perkembangan patogen.
Jika serangan penyakit sudah terjadi, fungisida kimia dapat menjadi opsi terakhir. Penyemprotan setiap satu minggu menggunakan bahan aktif seperti propineb, tembaga hidroksida, difenokonazol, karbendazim, atau dimetomorf perlu dilakukan secara bergilir agar patogen tidak mengalami resistensi.
Buah cabai yang terserang patek/antraknosa harus segera dibuang atau dibakar agar tidak menjadi sumber infeksi baru.
5. Lakukan Sanitasi dan Perbaikan Drainase
Lingkungan kebun yang bersih membuat hama dan penyakit sulit berkembang. Drainase juga harus berfungsi baik untuk mencegah genangan air pada akar. Tanah yang terlalu lembap menjadi pemicu utama pembusukan akar dan ledakan penyakit jamur.
6. Pilih Varietas yang Tahan Penyakit
Pemilihan benih yang toleran terhadap kelembapan tinggi adalah kunci keberhasilan budidaya pada musim penghujan. Varietas tahan penyakit membantu mengurangi kerugian saat cuaca tidak menentu.
Untuk diketahui, umur tanaman cabai secara umum berkisar 90–120 hari sejak tanam hingga panen pertama, tergantung varietas dan kondisi budidaya.
Google News: http://bit.ly/4omUVRy
Terbaru: https://jurnas.com/redir.php?p=latest
Langganan : https://www.facebook.com/jurnasnews/subscribe/
Youtube: https://www.youtube.com/@jurnastv1825?sub_confirmation=1
Petani Cabai Bercocok Tanam Musim Hujan Tanaman Cabai






















