Gajah-Gajahan, seni pertunjukan tradisional di Ponorogo Jawa Timur yang masih eksis selain Reog Ponorogo (Foto: Ponorogo News)
Jakarta, Jurnas.com - Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, tak hanya terkenal dengan Reog sebagai ikon budaya, karena daerah ini juga memiliki beberapa tradisi seni lain yang masih tumbuh kuat dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Keberagaman kesenian tersebut menunjukkan bahwa Ponorogo memiliki identitas budaya yang lebih luas dari yang selama ini dikenal publik.
Reog Ponorogo tetap menjadi pusat perhatian karena memadukan tarian, kekuatan fisik, dan atraksi akrobatik dengan topeng Singo Barong yang megah, sehingga pertunjukan ini selalu menjadi magnet wisata budaya. Namun kemegahan Reog justru membuka ruang bagi kesenian lain untuk ikut tampil di berbagai acara adat dan festival daerah.
Berikut beberapa kesenian Ponorogo selain Reog yang perlu anda ketahui:
1. Wayang Kulit Ponorogo
Wayang Kulit di Ponorogo memiliki ciri khas tersendiri, baik dari bentuk tokoh, warna, hingga gaya penceritaan yang lebih hidup. Ragam karakter dibuat lebih ekspresif, sehingga pertunjukan menghadirkan kesan penuh warna dan sarat nilai filosofis.
Tradisi wayang ini masih sering dipentaskan dalam hajatan besar, khitanan, hingga acara adat. Pertunjukan wayang ini tidak hanya sebagai hiburan malam hari, tetapi juga ruang penyampaian pesan filosofis dan nilai tradisi.
2. Gajah-Gajahan
Seni Gajah-Gajahan dikenal sebagai salah satu tradisi tertua yang hidup sejak abad ke-15 di wilayah Wengker, Ponorogo, Jawa Timur. Kesenian ini awalnya digunakan sebagai media dakwah sekaligus penghormatan terhadap gajah Jawa, hewan yang pernah hidup di kawasan tersebut.
Keunikan Gajah-Gajahan terlihat dari gerak pawang yang mengarahkan patung gajah, sementara para penari atau pemeran “putri” yang kerap dimainkan laki-laki, mengikuti ritme musik dengan kostum berwarna-warni. Hubungan erat antara gerak tari, iringan musik, dan simbol penghormatan terhadap sejarah lokal membuatnya masih sering tampil dalam kirab budaya.
3. Jaranan Thek
Jaranan Thek atau Reog Thek merupakan kesenian kuda lumping khas Ponorogo yang muncul sekitar akhir abad ke-15. Nama “Thek” berasal dari bunyi khas yang keluar dari topeng barongan saat digerakkan.
Ciri Jaranan Thek tidak hanya terletak pada kostum dan barongan, tetapi juga pada mahkota barongan yang berbentuk menyerupai daun Sente dan Rawe, sehingga juga dikenal sebagai Jaranan Senterewe. Musik pengiringnya sederhana, didominasi alat-alat bambu yang menghasilkan denting mirip gamelan Reog.
Pertunjukan Jaranan Thek umumnya menampilkan kisah peperangan Prabu Klono Sewandono dari Bantarangin melawan Singo Barong dari Lodaya, yang dipicu perebutan Dewi Songgolangit. Cerita itu menjadi jembatan penting yang menghubungkan Jaranan Thek dengan akar legenda Reog Ponorogo.
4. Ketoprak Ponoragan
Kesenian teater tradisional ini menggabungkan dialog, musik, dan humor khas Jawa Timur. Ketoprak Ponoragan menonjol lewat gaya penceritaan yang dinamis dan tata musik gamelan yang lebih ritmis dibanding ketoprak pada umumnya. Banyak grup muda kini membawakan kisah sejarah lokal Ponorogo agar tetap relevan bagi penonton masa kini.
Dengan berbagai kesenian tersebut, Ponorogo memperlihatkan bahwa warisan budayanya jauh lebih luas dan berlapis dari yang selama ini tersorot publik. Karena itulah, pelestarian seni tradisi di kabupaten ini terus dilakukan agar identitas budaya lokal tetap hidup dan mampu menjawab dinamika zaman.
Google News: http://bit.ly/4omUVRy
Terbaru: https://jurnas.com/redir.php?p=latest
Langganan : https://www.facebook.com/jurnasnews/subscribe/
Youtube: https://www.youtube.com/@jurnastv1825?sub_confirmation=1
Kesenian Ponorogo Reog Ponorogo Tradisi Seni Ponorogo Jatim















