Minggu, 16/11/2025 20:30 WIB

Virus Marburg Mulai Merebak, Kenali Gejala dan Bahayanya





Virus Marburg berasal dari keluarga Filoviridae, kelompok yang sama dengan Ebola.

Virus Marburg (Foto: Aljazeera/Shutterstock)

Jakarta, Jurnas.com - Wabah virus Marburg yang muncul di Etiopia kembali membuat dunia waspada. Virus ini berasal dari keluarga Filoviridae, kelompok yang sama dengan Ebola. WHO mencatat bahwa infeksi Marburg dapat menyebabkan penyakit demam berdarah yang sangat mematikan.

Virus Marburg pertama kali teridentifikasi pada 1967 dalam wabah yang menyerang peneliti laboratorium di Jerman dan Serbia. Sejak itu, beberapa kali terjadi wabah di Afrika, termasuk Uganda, Angola, dan Guinea. Kini, laporan terbaru menunjukkan kasus baru kembali muncul di Etiopia.

Sumber alami virus ini ialah kelelawar buah Afrika jenis Rousettus aegyptiacus. Kontak dengan hewan tersebut dapat memicu infeksi awal. Setelah itu, virus menyebar dari manusia ke manusia melalui kontak langsung dengan cairan tubuh penderita, benda terkontaminasi, atau ritual pemakaman.

Gejala awal biasanya muncul antara dua hingga 21 hari setelah terpapar. Demam tinggi, sakit kepala berat, dan nyeri otot menjadi tanda pertama. Karena mirip flu atau malaria, infeksi Marburg sering terlambat terdeteksi.

Memasuki hari ke-3 sampai ke-5, gejala berkembang menjadi muntah, diare hebat, dan kram perut. Pasien kerap kehilangan banyak cairan sehingga mengalami dehidrasi. Pada tahap lanjut, muncul perdarahan dari gusi, hidung, atau saluran cerna.

WHO menjelaskan bahwa fatalitas Marburg sangat bervariasi, yakni antara 24 persen hingga 88 persen, tergantung kualitas perawatan dan karakter virus pada wabah tersebut.

Rata-rata angka kematian berada di kisaran 50 persen, tetapi dalam kasus tertentu dapat jauh lebih tinggi. Pada infeksi fatal, kematian sering terjadi antara hari ke-8 dan ke-9 setelah gejala muncul.

Hingga kini, belum ada vaksin atau obat antiviral spesifik yang disetujui untuk Marburg. Perawatan yang diberikan bersifat suportif seperti pemberian cairan, menjaga tekanan darah, dan menangani gangguan organ.

Wabah yang terjadi di Etiopia menunjukkan bahwa penularan dapat berlangsung cepat di wilayah padat penduduk dengan fasilitas kesehatan terbatas. Laporan awal menunjukkan beberapa kasus terkonfirmasi, dan investigasi epidemiologis masih terus dilakukan. Kondisi ini membuat warga dan tenaga medis harus meningkatkan kewaspadaan.

Dengan munculnya kasus di Etiopia ini, dunia kembali diingatkan bahwa penyakit zoonosis tetap menjadi ancaman nyata.

Meski belum tersedia obat khusus, penguatan deteksi dini, pengawasan kesehatan masyarakat, dan edukasi tetap menjadi benteng utama. Kewaspadaan global sangat penting untuk mencegah wabah berkembang semakin luas.

KEYWORD :

virus marburg wabah etiopia tingkat fatalitas marburg gejala marburg




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :