Ilsutrasi - Siapa Pahlawan Sejati Menurut Islam? (Foto: Gurusiana)
Jakarta, Jurnas.com - Dalam Islam, pahlawan bukan sekadar sosok yang mengangkat senjata di medan perang. Ia bisa siapa saja yang berjuang menegakkan kebenaran dan keadilan, hingga memberikan manfaat kepada sesama dengan niat tulus karena Allah SWT.
Belakangan ini, istilah dan gelar "pahlawan" kembali ramai diperbincangkan. Selain mengenang jasa para pejuang bangsa, ada juga yang mempertanyakan siapa sebenarnya yang pantas disebut pahlawan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pahlawan diartikan sebagai orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbannanya dalam membela kebenaran; pejuang yang gagah dan berani. Secara etimologis, kata pahlawan diyakini berasal dari kata pahala, yang berarti seseorang yang pantas mendapat ganjaran atas jasa dan perjuangannya.
Dalam konteks kebangsaan, gelar pahlawan diberikan kepada mereka yang berjuang dan berjasa negeri. Namun dalam Islam, kepahlawanan punya makna yang lebih luas: memperjuangkan kebenaran, meninggikan tauhid, memberikan kemaslahatan, hingga menegakkan keadilan.
Dikutip dari berbagai sumber, kepahlawanan sejati dalam Islam tidak diukur dari banyaknya penghargaan, tetapi dari ketulusan niat. Pahlawan sejati berjuang bukan demi nama atau jabatan, melainkan demi ridha Allah SWT semata.
Dengan kata lain, setiap orang punya peluang menjadi pahlawan. Siapa pun yang berjuang demi kemaslahatan, kebenaran, dan keadilan, tanpa pamrih, sudah menempuh jalan kepahlawanan sejati.
Al-Qur’an menanamkan mental heroik yang luar biasa pada umat Islam. Mental ini diwujudkan Rasulullah SAW dan para sahabatnya dalam menyebarkan Islam, baik melalui perundingan, kesepakatan, maupun peperangan, menyiratkan bahwa kepahlawanan selalu berpadu dengan keikhlasan dan keadilan.
Al-Qur’an menegaskan pentingnya melawan ketidakadilan. “Perangilah mereka hingga tidak ada lagi penindasan, dan yang ada hanya keadilan dan keimanan kepada Allah,” (QS Al-Baqarah: 193). Ayat ini menyiratkan bahwa pahlawan adalah mereka yang menolak kezaliman dan memperjuangkan keadilan bagi semua.
Namun perjuangan tidak selalu berarti perang fisik. Rasulullah SAW bersabda, berjihad melawan hawa nafsu di jalan Allah adalah bentuk jihad terbesar, karena melawan diri sendiri sering kali jauh lebih sulit daripada melawan musuh di luar.
Menjadi pahlawan berarti mampu menundukkan ego dan hawa nafsu sebelum menegakkan kebenaran di luar diri. Kemenangan sejati lahir dari hati yang bersih dan niat yang lurus.
Islam juga memandang pahlawan sebagai mereka yang memberi manfaat bagi sesama. Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” Maka, seorang guru yang sabar mendidik murid, tenaga medis yang setia melayani pasien, atau warga yang bekerja dengan jujur, semuanya bisa disebut pahlawan.
Dalam sejarah Islam, banyak teladan kepahlawanan yang tak lekang oleh zaman. Di antaranya, Rasulullah SAW, Ali bin Abi Thalib, Hamzah bin Abdul-Muththalib, Salman Al-Farisi, hingga Shalahuddin Al-Ayyubi. Mereka dikenal bukan hanya karena keberaniannya, tapi juga karena kasih sayang dan keadilannya terhadap musuh sekalipun.
Para pahlawan seperti itu tidak pernah benar-benar mati. Allah SWT berfirman dalam QS Al-Baqarah ayat 154, “Janganlah kamu mengatakan bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; sesungguhnya mereka hidup, hanya saja kamu tidak menyadarinya.”
Nilai perjuangan mereka terus hidup di hati umat. Kebaikan dan pengorbanan mereka menjadi cahaya yang menuntun generasi setelahnya untuk terus menegakkan kebenaran, termasuk di Indonesia.
Dikutip dari laman Tafsirweb, para ulama menanamkan mental heroik kepada seluruh masyarakat Indonesia yang didasarkan pada Al-Quran surat al-Taubah ayat 20:
الَّذِينَ آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ أَعْظَمُ دَرَجَةً عِنْدَ اللَّهِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ
“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya menurut Allah, dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.”
Kini, ketika bangsa menghadapi tantangan korupsi, kemiskinan, dan ketimpangan sosial, semangat kepahlawanan justru semakin dibutuhkan. Perjuangan hari ini bukan lagi di medan perang, melainkan di medan moral dan kemanusiaan.
Menjadi pahlawan di masa kini bisa berarti berani jujur di tengah budaya manipulasi, menolak korupsi di tengah godaan kekuasaan, atau menebar kebaikan tanpa berharap imbalan. Kepahlawanan bukan soal siapa yang paling menonjol, tapi siapa yang paling tulus memberi.
Sebab dalam Islam, memberi keteladanan jauh lebih berharga daripada memberi harta. Materi bisa habis, tapi akhlak dan keikhlasan akan dikenang sepanjang masa.
Setiap muslim memiliki ruang untuk menjadi pahlawan di lingkungannya sendiri. Selama ia berjuang menjaga kebenaran, menegakkan keadilan, berkontribusi pada agama dan bangsa, menebar manfaat dengan niat ikhlas, ia telah menempuh derajat pahlawan sejati di sisi Allah SWT. (*)
Wallahu`alam
Google News: http://bit.ly/4omUVRy
Terbaru: https://jurnas.com/redir.php?p=latest
Langganan : https://www.facebook.com/jurnasnews/subscribe/
Youtube: https://www.youtube.com/@jurnastv1825?sub_confirmation=1
Info Keislaman Sosok Pahlawan Pahlawan Sejati


























