Kamis, 13/11/2025 15:04 WIB

Ilmuwan Temukan Fosil Dinosaurus Berleher Panjang Tertua di Dunia





Di ketinggian Pegunungan Andes, Amerika Selatan, tim ilmuwan berhasil menemukan fosil dinosaurus berleher panjang tertua yang pernah diketahui di dunia

Gambaran dinosaurus berleher panjang tertua di dunia yang ditemukan di Pegunungan Andes (Foto: Earth)

Jakarta, Jurnas.com - Di ketinggian Pegunungan Andes, Amerika Selatan, tim ilmuwan berhasil menemukan fosil dinosaurus berleher panjang tertua yang pernah diketahui di dunia. Penemuan ini menjadi titik balik penting dalam memahami evolusi dinosaurus raksasa pemakan tumbuhan.

Fosil yang hampir lengkap tersebut milik spesies baru kelompok sauropodomorf, yaitu kelompok dinosaurus berleher panjang yang dikenal sebagai pemakan tumbuhan. Spesies baru ini dinamai Huayracursor jaguensis. Nama Huayracursor berarti “pelari angin,” menandakan hewan yang gesit, sementara jaguensis diambil dari nama desa Jagüé di La Rioja, Argentina, lokasi ditemukannya fosil ini.

Dinosaurus setinggi sekitar 1,5 meter itu hidup sekitar 230 juta tahun lalu pada periode Trias Akhir. Temuan ini menjadikannya salah satu sauropodomorf tertua yang pernah ditemukan di planet ini.

Menariknya, Huayracursor memiliki leher lebih panjang dan tubuh lebih besar dibandingkan spesies lain pada zamannya. Ciri ini memberi petunjuk bahwa dua proses evolusi utama, yakni pemanjangan leher dan pembesaran tubuh, sudah berlangsung lebih awal dari yang pernah diperkirakan.

Fosil tersebut ditemukan di Quebrada de Santo Domingo, wilayah pegunungan di barat provinsi La Rioja, Argentina. Lokasi itu sebelumnya telah dikenal para peneliti sebagai daerah kaya fosil, meski sebagian besar belum sepenuhnya dieksplorasi.

Dalam satu dekade terakhir, kawasan ini telah menghasilkan berbagai temuan penting dari masa Trias, termasuk dinosaurus awal, reptil purba, dan nenek moyang mamalia. Para peneliti awalnya bermaksud menelusuri hubungan geologi Santo Domingo dengan sistem batuan Ischigualasto–Villa Unión, yang selama ini menjadi pusat penelitian paleontologi di Amerika Selatan.

Namun, penemuan Huayracursor membuka pandangan baru tentang evolusi kehidupan purba di benua tersebut. Agustín Martinelli, peneliti dari Dewan Nasional untuk Penelitian Ilmiah dan Teknis (CONICET) Argentina dan salah satu penulis studi ini mengatakan, wilayah ini kini disebut sebagai jendela baru menuju ekosistem Trias yang selama ini belum banyak diketahui.

“Wilayah baru ini, yang berada di dalam cekungan geologi yang nyaris belum pernah dijelajahi, membuka peluang besar bagi penemuan penting di masa depan. Sangat jarang kita menemukan lokasi baru dengan fauna yang terawetkan dan begitu melimpah,” ujar Agustín Martinelli.

Sekitar 234 hingga 232 juta tahun lalu, Bumi mengalami perubahan iklim besar dalam tahap Karnian di periode Trias Akhir. Perubahan itu memicu kepunahan massal yang menurunkan keanekaragaman hayati sebelum akhirnya kehidupan kembali bangkit dengan munculnya berbagai kelompok baru, termasuk nenek moyang mamalia dan dinosaurus.

Selama ini ilmuwan berpendapat bahwa sauropodomorf awal berevolusi perlahan dari bentuk kecil berleher pendek menjadi raksasa berleher panjang. Namun, temuan Huayracursor menunjukkan bahwa proses itu sudah dimulai lebih dini dari dugaan, menandai bab awal evolusi para raksasa tersebut.

Untuk menentukan usia fosil, tim peneliti meneliti batuan di bagian bawah Formasi Santo Domingo. Mereka menggunakan metode biostratigrafi, dengan membandingkan fosil hewan lain yang ditemukan bersama Huayracursor, serta penanggalan radiometrik untuk mengukur usia batuan vulkanik.

Lapisan batuan di atas lokasi penemuan diperkirakan berusia sekitar 212 juta tahun. Karena fosil berada di lapisan bawahnya, usia Huayracursor ditetapkan lebih tua, yaitu sekitar 230 juta tahun, pada tahap awal Karnian.

Fosil itu ditemukan di ketinggian 3.000 meter di Andes dan terdiri dari bagian tengkorak, anggota tubuh, serta rangka tulang belakang hingga ekor. Ia termasuk salah satu dari sedikit dinosaurus Trias yang memiliki tulang tangan terawetkan dengan baik.

Dari rekonstruksi, diketahui bahwa tulang leher Huayracursor menunjukkan rasio panjang terhadap lebar antara 2,2 hingga 4,2, menandakan tahap awal pemanjangan leher khas dinosaurus berleher panjang. Dengan berat sekitar 18 kilogram, ukurannya hampir dua kali lipat dari kerabat terdekatnya di masa itu.

Penelitian ini tidak hanya memperkaya catatan fosil, tetapi juga mengubah pandangan tentang hubungan geologi antara cekungan purba di barat daya Gondwana. Menurut Sebastián Rocher dari CONICET, formasi Trias di Andes utara ternyata berkembang secara independen dari cekungan lain di kawasan tersebut.

“Berdasarkan kajian stratigrafi dan sedimentologi, kami dapat mengenali bahwa lapisan batuan Trias di wilayah Prekordilera Utara merupakan bagian dari sebuah cekungan sedimen yang berkembang secara independen dari cekungan lain di barat daya Gondwana,” ujar Sebastián Rocher.

Temuan ini membuka peluang eksplorasi lebih jauh ke barat Pegunungan Andes. Para ilmuwan berharap wilayah itu menyimpan lebih banyak fosil yang dapat menjelaskan bagaimana hewan purba beradaptasi terhadap perubahan iklim ekstrem di masa Trias. (*)

Studi lengkap mengenai Huayracursor jaguensis telah dipublikasikan di jurnal Nature. Sumber: Earth

KEYWORD :

Fossil dinosaur Huayracursor jaguensis Dinosaurus berleher panjang Evolusi dinosaurus




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :