Selasa, 11/11/2025 13:53 WIB

Eks Direktur Pertamina Sebut Blending BBM Sesuai Prosedur dan Tak Merusak





Eks Direktur Pertamina menyatakan seluruh proses pencampuran BBM atau blending PT Pertamina telah sesuai dengan prosedur pengawasan mutu yang ketat.

Sidang kasus dugaan korupsi tata kelola minyak mentah dan kilang minyak PT Pertamina.

Jakarta, Jurnas.com - Eks Direktur Rekayasa dan Infrastruktur Darat PT Pertamina Patra Niaga, Edward Adolof Kawi menyataman seluruh proses pencampuran bahan bakar minyak (BBM) atau blending yang dilakukan PT Pertamina (Persero) telah sesuai dengan prosedur pengawasan mutu yang ketat.

Hal itu disampaikan Edward saat menjawab pertanyaan dari terdakwa sekaligus beneficial ownership PT Tangki Merak dan PT OTM, Muhammad Kerry Adrianto Riza di sidang kasus dugaan korupsi tata kelola minyak mentah dan produk kilang PT Pertamina.

"Mungkin pak Edward bisa bikin masyarakat tenang, istilah oplosan dibilang BBM merusak mobil. Selama sepengetahuan Pak Edward, apakah ada oplosan yang tidak sesuai spek sehingga merusak mobil dan motor?" tanya Kerry di Pengadilan Tipikor Jakarta, Senin, 10 November 2025 malam. 

Edward lantas menjamin bahwa seluruh prosedur tersebut telah melalui proses quality control. 

"Kalau yang dilakukan di terminal Patra Niaga, baik milik maupun sewa, kami sudah melakukan prosedur quality control tidak ada. Kami menjamin (tidak merusak mobil dan motor)," jawab Edward. 

Pada kesempatan yang sama, Ketua Majelis Hakim Fajar Kusuma Aji juga menanyakan perihal blending kepada Edward. Edward mengatakan blending merupakan pencampuran dari dua unsur yang berbeda. 

Hakim Fajar lantas menanyakan sejak kapan Pertamina melakukan blending bahan bahan bakar minyak (BBM). 

Edward mengungkapkan, praktik blending BBM di Indonesia pertama kali dilakukan Pertamina pada tahun 2007, yakni mencampur solar dengan FAME (Fatty Acid Methyl Ester) yang berasal dari minyak kelapa sawit mentah (CPO). Dari pencampuran itu lahirlah produk biosolar.

“Dulu campurannya 2,5 persen, sekarang sudah 40 persen, dan tahun depan rencananya menjadi 50 persen,” katanya.

Sementara untuk bahan bakar bensin, Eduward menjelaskan bahwa kajian blending mulai dilakukan sejak 2015 dengan mencampur bensin beroktan rendah RON 88 dengan RON 92 hingga menghasilkan Pertalite dengan RON 90.

“Yang paling tinggi RON 98, yaitu Pertamax Turbo, itu murni. Yang ada blending saat ini hanya yang RON 95 karena ada ethanol-nya. Blending-nya itu Pertamax 92 ditambah Pertamax Turbo 98 dan ethanol,” terangnya.

KEYWORD :

Korupsi Tata Kelola Minyak Direktur Pertamina Blending BBM




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :