Selasa, 11/11/2025 16:29 WIB

Saksi Ungkap Alasan Ekonomis di Balik Pengiriman BBM Lewat PT OTM





Terminal BBM milik OTM dapat menekan biaya impor sekaligus memudahkan distribusi BBM ke daerah.

Sidang kasus korupsi tata kelola minta PT Pertamina.

Jakarta, Jurnas.com - Mantan Direktur Rekayasa Infrastruktur Darat PT Pertamina Patra Niaga, Edward Adolf Kawi membeberkan peran penting terminal bahan bakar minyak (BBM) milik PT Oil Tanking Merak (OTM) dalam impor dan distribusi BBM. Terminal BBM milik OTM dapat menekan biaya impor sekaligus memudahkan distribusi BBM ke daerah. 

Hal itu disampaikan Edward saat bersaksi dalam sidang perkara dugaan korupsi tata kelola minyak mentah dan produk kilang PT Pertamina di Pengadilan Tipikor Jakarta, Senin, 10 Oktober 2025. Edward dihadirkan sebagai untuk terdakwa beneficial ownership PT Tangki Merak dan PT OTM, Muhammad Kerry Adrianto Riza.

Mulanya, jaksa penuntut umum mempertanyakan alasan distribusi BBM harus melalui Terminal BBM PT OTM. Menjawab pertanyaan itu, Edward mengatakan secara nilai keekonomian, Terminal BBM PT OTM dapat menekan ongkos. Hal ini mengingat untuk BBM impor membutuhkan kapal dengan ukuran besar sehingga harga dapat lebih murah. 

"Memang desainnya OTM ini kan kapal-kapal besar, Pak ya. LR (long range) maupun MR (medium range). Ada ada beberapa GP (general purpose), Pak, dan memang untuk impor itu secara keekonomian, Pak ya, eh cost paling murah adalah kapal dengan size besar," kata Edward dalam kesaksiannya di persidangan. 

Kemudian, Edward mengatakan, Terminal BBM PT OTM berfungsi sebagai hub atau penghubung. Dari terminal tersebut, BBM disalurkan ke depo-depo Pertamina yang lebih kecil di berbagai daerah. 

"Terminal hub, terminal terima impor dengan kapasitas gede, kemudian kami salurkan ke depo-depo atau terminal kami yang lebih kecil," paparnya. 

Dikatakan, tidak semua terminal Pertamina memiliki dermaga dengan kapasitas besar. Dicontohkan, dermaga di Bengkulu hanya mampu disandarkan oleh kapal dengan kapasitas 3.500 dwt (deadweight tonnage). Sementara dermaga di Teluk Kabung, Padang, dapat menampung 35.000 dwt. 

Contoh lainnya, Terminal BBM di Panjang, Lampung hanya mampu menampung kapal GP dengan kapasitas 17.000 dwt. Sementara untuk Terminal BBM Kertapati, Palembang, alur Sungai Musi hanya mampu menampung kapal dengan maksimal kapasitas 4.500 dwt. Terminal BBM di Pontianak juga hanya dapat disandari oleh kapal dengan kapasitas 3.500 dwt. 

"Jadi eh batasannya karena tadi, Pak, kapasitas impor itu harus size-nya gede supaya freight cost-nya murah, kedua ada restriksi di terminal penerima kami yang tidak semuanya punya kapasitas yang besar," katanya.

KEYWORD :

Korupsi Tata Kelola Minyak Korupsi Pertamina Kerry Adrianto Riza




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :