Ilustrasi sedang merayakan kebebasan (Foto: Pexels)
Jakarta, Jurnas.com - Hari Kebebasan Sedunia (World Freedom Day) yang diperingati setiap 9 November menjadi momentum global untuk merayakan runtuhnya Tembok Berlin pada 1989. Peringatan ini juga menjadi pengingat peristiwa bersejarah yang menandai berakhirnya pembagian antara Eropa Timur yang komunis dan Eropa Barat yang demokratis, sekaligus menjadi simbol berakhirnya Perang Dingin.
Setelah Perang Dunia II, Jerman terbagi menjadi dua: Jerman Barat yang dikuasai Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis, serta Jerman Timur yang berada di bawah kendali Uni Soviet. Kota Berlin pun ikut terbelah.
Untuk menghentikan gelombang warga yang kabur dari Timur ke Barat, pemerintah Jerman Timur membangun Tembok Berlin pada 1961, benteng beton sepanjang lebih dari 150 kilometer yang memisahkan keluarga dan membatasi kebebasan warganya selama hampir tiga dekade.
Selama masa berdirinya, ribuan orang mencoba melintasi tembok demi mencari kebebasan, dan ratusan di antaranya kehilangan nyawa. Ketegangan itu akhirnya berakhir pada 9 November 1989, ketika kebijakan baru pemerintah Jerman Timur membuka peluang bagi rakyat untuk melintas tanpa batasan.
Malam itu, ribuan orang turun ke jalan, memanjat, dan menghancurkan tembok dengan palu dan pahat. Di tengah sorak kemenangan, dunia menyaksikan simbol kekuasaan yang mengekang kebebasan runtuh perlahan, membuka babak baru bagi demokrasi dan persatuan Jerman.
Untuk mengenang peristiwa bersejarah tersebut, Presiden Amerika Serikat George W. Bush menetapkan 9 November sebagai Hari Kebebasan Sedunia pada tahun 2001. Sejak itu, peringatan ini dijadikan refleksi global terhadap nilai kebebasan politik, hak asasi manusia, dan semangat perjuangan melawan penindasan.
Makna hari ini tidak hanya terbatas pada Jerman atau Amerika Serikat, tetapi juga menjadi pesan universal bagi dunia. Runtuhnya Tembok Berlin menjadi pengingat bahwa kebebasan tidak pernah datang dengan mudah dan harus terus dijaga dari ancaman totalitarianisme.
Peringatan Hari Kebebasan Sedunia juga menjadi waktu untuk meneguhkan kembali arti demokrasi di tengah tantangan global. Di berbagai negara, momentum ini diperingati dengan diskusi, pameran sejarah, hingga kampanye yang menyoroti pentingnya mempertahankan hak-hak sipil dan kebebasan berekspresi.
Lebih dari sekadar mengenang masa lalu, Hari Kebebasan Sedunia mengajarkan bahwa setiap tembok—baik fisik maupun ideologis, pada akhirnya akan runtuh jika manusia berani memperjuangkan kebebasan. Dari reruntuhan Berlin, dunia belajar bahwa semangat untuk hidup bebas adalah kekuatan yang tak dapat dipadamkan.
Google News: http://bit.ly/4omUVRy
Terbaru: https://jurnas.com/redir.php?p=latest
Langganan : https://www.facebook.com/jurnasnews/subscribe/
Youtube: https://www.youtube.com/@jurnastv1825?sub_confirmation=1
Hari Kebebasan Sedunia 9 November Tembok Berlin Sejarah Hari Kebebasan



























