Sabtu, 08/11/2025 14:12 WIB

Daftar Raja Keraton Surakarta, dari Paku Buwono II hingga Gusti Purbaya





Setelah Sri Susuhunan Paku Buwono XIII mangkat, tongkat estafet kerajaan Keraton Surakarta siap diteruskan oleh KGPAA Hamengkunegoro alias Gusti Purbaya

Potret jenazah Paku Buwono XIII Hangabehi tiba di Loji Gandrung (Foto: SMSolo/Yoma Times Suryadi/Solo Suara Merdeka)

Jakarta, Jurnas.com - Keraton Surakarta Hadiningrat atau Keraton Solo merupakan salah satu pusat kebudayaan Jawa yang memainkan peran penting dalam sejarah Nusantara. Berdiri pada 1745 setelah Perjanjian Giyanti memisahkan Mataram menjadi dua kerajaan; Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta, keraton ini menjadi simbol kesinambungan tradisi dan identitas Jawa.

Sepekan lalu, Keraton Surakarta berduka atas wafatnya Sri Susuhunan Paku Buwono XIII pada 2 November 2025, pada usia 77 tahun. Kepemimpinannya selama dua dekade di antaranya menekankan revitalisasi budaya dan pelestarian tradisi Jawa.

Kini, setelah Sri Susuhunan Paku Buwono XIII mangkat, tongkat estafet kerajaan Keraton Surakarta siap diteruskan oleh Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom (KGPAA) Hamengkunegoro alias Gusti Purbaya, putra bungsu dari Paku Buwono XIII dan permaisuri GKR Pakubuwana. Gusti Purbaya mengukuhkan dirinya sebagai raja baru Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Pengukuhan ini menandai babak baru dalam perjalanan panjang keraton.

Sejak berdiri, Keraton Surakarta telah dipimpin oleh dua belas raja bergelar Sunan Paku Buwono, masing-masing membawa warna dan tantangan zamannya. Berikut adalah daftar lengkap raja Keraton Surakarta dari masa ke masa:

Paku Buwono II (1745–1749) adalah raja pertama yang memindahkan pusat kerajaan dari Kartasura ke Desa Sala, yang kemudian berkembang menjadi Kota Surakarta, sekaligus membangun fondasi Keraton yang masih berdiri hingga kini.

Kemudian, tampuk kekuasaan di kerajaan itu berlanjut pada Paku Buwono III (1749–1788) pasca penyerahan kekuasaan dari Paku Buwono II kepada VOC. Pada masa pemerintahannya terjadi penandatanganan Perjanjian Giyanti (1755) yang memecah Mataram menjadi Kasunan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta. Penandatanganan ini menjadi simbol awal eksistensi Surakarta sebagai kerajaan independen.

Kemudian, berlanjut pada Paku Buwono IV (1788–1820), raja yang dikenal sangat peduli terhadap budaya dan sastra Jawa. Beliau mendukung lahirnya karya-karya besar seperti Serat Wulangreh yang masih terkenal hingga kini.

Masa-masa berikutnya diwarnai pergantian cepat dan tantangan politik. Paku Buwono V (1820–1823) memperbaiki administrasi keraton, sementara Paku Buwono VI (1823–1830) dikaitkan dengan Pangeran Diponegoro dan akhirnya dibuang ke Ambon oleh pemerintah kolonial Belanda. Paku Buwono VII hingga IX memulihkan stabilitas politik dan membawa modernisasi ekonomi serta sosial di Surakarta.

Puncak pengaruh budaya terjadi pada masa Paku Buwono X (1893–1939), yang membangun banyak infrastruktur ikonik dan memperkuat identitas budaya Jawa. Beliau dihormati oleh rakyat dan dikenal sebagai pemimpin karismatik. 

Selanjutnya, kepemimpinan beralih kepada Paku Buwono XI (1939–1944). Beliau memimpin Keraton Surakarta saat gejolak Perang Dunia II dan pendudukan Jepang. Situasi politik membuat perannya cukup terbatas.

Sedangkan Paku Buwono XII (1944–2004) menjadi raja dengan masa pemerintahan terlama. Beliau memimpin Surakarta melalui masa kemerdekaan Indonesia. Status Surakarta sebagai daerah istimewa dicabut tahun 1946, tetapi eksistensi Keraton tetap berlanjut sebagai pusat budaya.

Era modern dimulai di bawah Paku Buwono XIII (2004–2025), yang fokus pada pelestarian tradisi seperti Kirab 1 Suro, Grebeg Besar, dan Mahesa Lawung. Setelah wafatnya, KGPAA Hamengkunegoro kini memimpin keraton, menandai kesinambungan budaya dan sejarah yang tetap hidup di tengah era modern.

Dari Paku Buwono II hingga Gusti Purbaya, daftar raja Keraton Surakarta bukan sekadar garis keturunan, tetapi cermin perjalanan panjang budaya Jawa yang menghadapi perubahan zaman. Setiap era menorehkan kisah tentang kepemimpinan, seni, dan spiritualitas yang dapat terus menjadi sumber inspirasi hingga kini. (*)

KEYWORD :

Raja Keraton Surakarta Paku Buwono Gusti Purbaya Kasunanan Surakarta




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :