Sabtu, 08/11/2025 02:00 WIB

Sumber Kerusakan Hati Menurut Islam dan Cara Mencegahnya





Dalam pandangan Islam, hati bukan sekadar pusat perasaan, tetapi poros utama yang menentukan arah amal manusia

Ilustrasi sombong atau arogan, salah satu sumber kerusakan hati menurut pandangan Islam (Foto: BPKH)

Jakarta, Jurnas.com - Dalam pandangan Islam, hati bukan sekadar pusat perasaan, tetapi poros utama yang menentukan arah amal manusia. Rasulullah SAW bersabda, “Ketahuilah bahwa dalam tubuh ada segumpal daging; jika ia baik maka baiklah seluruh tubuh, dan jika ia rusak maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah, itulah hati.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Hati yang rusak menjadi awal kehancuran iman dan amal. Sebab, ketika hati kehilangan cahaya kebenaran, seluruh perilaku manusia pun ikut menyimpang dari petunjuk Ilahi.

Kerusakan itu sering berawal dari dosa yang dilakukan berulang tanpa penyesalan. Allah mengingatkan dalam QS. Al-Muthaffifin ayat 14, “Sekali-kali tidak! Bahkan apa yang mereka kerjakan itu telah menutupi hati mereka.” Dosa yang dibiarkan menumpuk akan menutup hati dari cahaya hidayah dan membuat nurani kehilangan rasa salah.

Namun, dosa bukan satu-satunya sumber kegelapan hati. Ketika manusia lebih menuruti hawa nafsu dan syahwat dunia, ia perlahan menjauh dari petunjuk Allah. Dalam QS. Al-Jatsiyah ayat 23, Allah memperingatkan, “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya?” Nafsu yang dibiarkan berkuasa membuat manusia merasa benar meski sesat.

Selain itu, kelalaian dalam berzikir dan menuntut ilmu agama juga menjadi penyebab utama hati mengeras. Hati yang jarang diingatkan pada Allah akan kehilangan kelembutan dan mudah dikuasai gelisah serta iri. Allah menegaskan dalam QS. Az-Zumar ayat 22, “Maka celakalah bagi mereka yang hatinya keras untuk mengingat Allah.”

Kekeringan spiritual ini kerap diperparah oleh kesibukan dunia yang melalaikan. Saat manusia terlalu sibuk mengejar urusan duniawi, ia lupa memberi ruang bagi jiwanya untuk berdialog dengan Sang Pencipta.

Di sisi lain, kesombongan menjadi racun paling berbahaya bagi hati. Iblis bukan dikutuk karena kurang ibadah, tetapi karena kesombongannya menolak perintah Allah untuk sujud kepada Adam. Rasa tinggi hati dan merasa cukup dari Allah adalah akar yang menumbuhkan riya, dengki, dan kebencian.

Karena itu, Islam mengajarkan agar hati terus dijaga dengan tobat, zikir, dan kerendahan hati. Hati yang bersih akan menuntun manusia pada keikhlasan, sementara hati yang rusak menjerumuskannya ke dalam gelapnya dosa.

Dalam dunia yang serba cepat dan penuh godaan, menjaga kebersihan hati bukan hanya soal moralitas, tetapi kebutuhan spiritual. Sebab, hanya hati yang hidup dengan zikir dan ilmu yang mampu menemukan ketenangan sejati di tengah hiruk-pikuk kehidupan.

KEYWORD :

Info Keislaman Kerusakan hati Penyakit hati Hawa nafsu Menjaga Hati




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :