Kamis, 06/11/2025 02:17 WIB

Ketua Masindo Dorong Kolaborasi Pentahelix Tingkatkan Budaya Sadar Risiko





Ketua Masyarakat Sadar Risiko Indonesia (Masindo) Dimas Syailendra Ranadireksa mendorong kolaborasi pentahelix tingkatkan budaya sadar risiko di Indonesia

Ketua Masyarakat Sadar Risiko Indonesia (Masindo) Dimas Syailendra Ranadireksa (tengah) dalam diskusi publik bertajuk Sadar Risiko dalam Perspektif Inovasi & Pembangunan, yang digelar Masindo dan Tirto di Jakarta, Rabu (Foto: Ist/Jurnas.com)

Jakarta, Jurnas.com - Ketua Masyarakat Sadar Risiko Indonesia (Masindo), Dimas Syailendra Ranadireksa mendorong kolaborasi pentahelix guna meningkatkan budaya sadar risiko di Indonesia. 

Sebab, menurut Dimas Syailendra, kesadaran masyarakat Indonesia terhadap risiko masih rendah. Dia menilai banyak warga belum memiliki kebiasaan berpikir antisipatif terhadap berbagai risiko di sekitar mereka, baik di bidang keselamatan, kesehatan, maupun keuangan.

Dimas Syailendra, mencontohkan, perilaku sederhana seperti tidak memakai helm saat berkendara atau mengabaikan sabuk pengaman masih sering terjadi.

“Dari sisi kesehatan pun, pola makan tinggi garam, gula, dan lemak menunjukkan kita sering menyepelekan risiko yang sebenarnya bisa dikendalikan,” ujar Dimas Syailendra dalam Diskusi Publik “Sadar Risiko dalam Perspektif Inovasi dan Pembangunan”, di Jakarta, Rabu (5/11).

Diskusi publik yang diselenggarakan Masindo bekerja sama dengan Tirto.id ini juga menghadirkan sejumlah pakar, antara lain Prakosa Grahayudiandono (Direktur Sistem dan Manajemen Risiko Bappenas) serta Dr. Nurma Midayanti (Direktur Statistik Ketahanan Sosial BPS).

Lebih lanjut, Dimas mengatakan, maraknya kasus investasi bodong juga mencerminkan rendahnya kesadaran risiko dalam pengambilan keputusan finansial. “Kita sering berpikir ‘gimana nanti’, bukan ‘nanti bagaimana’. Pola pikir ini membuat kita reaktif, bukan antisipatif,” ujar dia.

Menurutnya, minimnya literasi risiko dipengaruhi oleh kurangnya edukasi dan masih kuatnya disinformasi di masyarakat. Dimas menilai masih banyak orang merasa risiko hanya akan menimpa orang lain, bukan dirinya sendiri.

Untuk itu, Masindo mendorong penguatan budaya sadar risiko di Indonesia melalui edukasi publik dan kolaborasi. Menurutnya, peningkatan budaya ini harus melalui pendekatan pentahelix yang melibatkan pemerintah, akademisi, dunia usaha, masyarakat, dan media.

Lebih rinci, Dimas mengatakan kolaborasi yang dimaksud di antaranya ialah pemerintah harus membangun satu kebijakan yang memitigasi risiko. Akademisi dan dunia usaha memiliki fungsi untuk riset dan inovasi. Masyarakat dilibatkan sebagai subjek, dan media untuk penyebaran informasi.

"Mari kita budayakan sadar risiko buat publik Indonesia dan saya senang sekali bahwa government juga sudah mulai sadar terhadap menejemen (pengelolaan) resiko itu penting," ujar dia.

Dimas juga menekankan bahwa risiko merupakan sesuatu yang harus dikenali, dinilai, dimitigasi, dan dikelola. Menurutnya, risiko itu tidak bisa dihilangkan seratus persen, tapi untuk menguranginya perlu dikelola.

"Kita ingin mengubah pola pikir masyarakat `gimana nanti` jadi `nanti gimana`," ujar dia. "Kami harap tidak ada lagi masyarakat Indonesia terjerat judol, pinjol. Karena berdasarkan visi Indonesia 2045, kualitas masyarakat itu harus naik," ujar Dimas lagi.


 
KEYWORD :

Ketua Masindo Dimas Syailendra Kolaborasi pentahelix Budaya Sadar Risiko




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :