Rabu, 05/11/2025 05:27 WIB

Ilmuwan Petakan Tubuh Nyamuk Aedes Aegypti Penyebab DPB





Nyamuk mungkin terlihat kecil dan tak berbahaya, tapi spesies Aedes aegypti termasuk salah satu makhluk paling berbahaya di dunia, bisa menyebarkan penyakit DBD

Ilustrasi nyamuk menggigit kulit manusia (Foto: National Institute of Allergy and Infectious Diseases/Unsplash)

Jakarta, Jurnas.com - Nyamuk mungkin terlihat kecil dan tak berbahaya, tapi spesies Aedes aegypti termasuk salah satu makhluk paling berbahaya di dunia. Nyamuk ini dapat menyebarkan penyakit seperti demam berdarah dengung (DBD), Zika, hingga demam kuning, yang merenggut ratusan ribu nyawa setiap tahun.

Ancaman ini mendorong para peneliti Rockefeller University untuk membuat peta pertama nyamuk hingga tingkat sel individual, seakan menyingkap “manual instruksi” makhluk kecil namun mematikan ini.

Sebelumnya, studi tentang nyamuk hanya memotret sebagian kecil dari tubuhnya, seperti otak atau antena, sehingga gambaran lengkap perilaku sel nyamuk selalu tersembunyi. Namun dengan Mosquito Cell Atlas, kini para ilmuwan bisa melihat gen-gen aktif di setiap jaringan, dari betina hingga jantan, dan data ini disiapkan untuk publik.

Atlas ini memetakan lebih dari 367.000 inti sel dari 19 jaringan yang berbeda, termasuk struktur tubuh, sistem sensorik, respons imun, organ reproduksi, dan sistem saraf pusat.

Dengan demikian, para peneliti memiliki basis data lengkap untuk memahami bagaimana setiap sel dalam nyamuk itu bekerja dan berinteraksi, sehingga membuka peluang penelitian yang sebelumnya mustahil.

Penelitian juga memasukkan nyamuk jantan, yang selama ini sering diabaikan karena tidak menggigit manusia. Dengan membandingkan kedua jenis kelamin, para ilmuwan menemukan bahwa sebagian besar sel dan ekspresi gen serupa, meskipun ada beberapa perbedaan khusus pada antena jantan yang menarik perhatian.

Selain itu, mereka menemukan 69 jenis sel baru, termasuk neuron sensorik yang tersebar di seluruh tubuh, tidak hanya di antena atau mulut. Hal ini menunjukkan bahwa nyamuk bisa “merasakan” lingkungan melalui kaki, kemampuan penting untuk menemukan makanan, air, dan tempat bertelur.

Perubahan perilaku nyamuk betina setelah menyedot darah juga terungkap secara mendetail, di mana sel glial, bukan neuron utama, mengalami perubahan paling signifikan. Penemuan ini menunjukkan bahwa sel pendukung di otak memiliki peran penting dalam mengatur perilaku, termasuk mengalihkan perhatian dari manusia menuju reproduksi.

Meskipun nyamuk betina dan jantan memiliki peran berbeda, atlas ini menunjukkan blueprint sel yang sangat mirip di antara keduanya. Sehingga, penelitian nyamuk kini bisa dilakukan secara lebih menyeluruh dan komprehensif. Dengan dataset sebesar ini, para ilmuwan dapat meneliti perilaku nyamuk, termasuk cara mereka melacak manusia dan memilih tempat bertelur, membuka era baru dalam biologi vektor. (*)

Penelitian lengkap telah dipublikasikan di jurnal Cell. Sumber: Earth

 
KEYWORD :

Sel Nyamuk Aedes Aegypti Penyakit DBD Mosquito Cell Atlas




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :