Ilustrasi sedang berdoa untuk meredakan amarah (Foto: Baznas)
Jakarta, Jurnas.com - Amarah adalah bagian dari fitrah manusia. Ia merupakan salah satu sifat manusia yang jika tidak dikendalikan dapat membawa pada dosa dan penyesalan. Oleh karena itu, mengelola amarah menjadi penting, salah satunya melalui doa pereda amarah.
Dalam Al-Qur’an, Allah Swt memuji orang-orang yang mampu menahan amarahnya.
“(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya serta memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali Imran: 134).
Ayat ini mengingatkan bahwa mengendalikan amarah adalah tanda kemuliaan akhlak dan bukti keimanan yang kuat.
Rasulullah SAW memberikan bimbingan khusus untuk menenangkan diri ketika marah. Dalam sebuah hadits, beliau bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian marah, hendaklah ia diam. Jika masih marah, hendaklah ia duduk. Jika masih belum reda, hendaklah ia berbaring.” (HR. Abu Dawud).
Selain itu, beliau juga mengajarkan doa sederhana namun penuh makna untuk meredakan amarah: “A‘ūdzu billāhi minasy-syaithānir-rajīm” (Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk). Doa ini menjadi penawar pertama agar amarah tidak berubah menjadi kebencian.
Doa pereda amarah lainnya ialah sebagai berikut: “Allâhummaghfirlî dzanbî, wa adzhib ghaizha qalbî, wa ajirnî minas syaithâni.”
Doa ini diyakini menenangkan hati dan mengingatkan diri agar tetap sabar, sehingga respons terhadap situasi yang memicu emosi menjadi lebih bijak. Dengan rutin mengamalkannya, ketenangan batin dan kedamaian hidup dapat lebih mudah diraih.
Amarah sejatinya adalah pintu yang terbuka bagi setan untuk menjerumuskan manusia dalam keburukan. Karena itu, Rasulullah SAW juga bersabda,
“Bukanlah orang kuat itu yang pandai bergulat, tetapi orang kuat adalah yang mampu menahan dirinya ketika marah.” (HR. Bukhari dan Muslim). Dengan berzikir dan berdoa saat amarah datang, seseorang sedang berusaha mengingat Allah agar hatinya tidak dikendalikan oleh hawa nafsu.
Mengamalkan doa dan zikir di saat marah adalah bentuk latihan spiritual yang sangat bernilai. Selain membaca A‘ūdzu billāhi minasy-syaithānir-rajīm, dianjurkan pula berwudhu, karena marah berasal dari api setan dan air dapat memadamkannya. Hati yang mampu menahan amarah dengan mengingat Allah akan diberi ketenangan dan kedudukan mulia di sisi-Nya.
Selain itu, mengatur pernapasan dan berlatih kesadaran diri membantu mengelola emosi secara praktis. Saat pikiran lebih tenang, komunikasi dengan orang lain menjadi lebih efektif dan risiko konflik menurun. Sehingga, hidup bisa menjadi lebih harmonis dan amarah tidak lagi menguasai tindakan sehari-hari.
Google News: http://bit.ly/4omUVRy
Terbaru: https://jurnas.com/redir.php?p=latest
Langganan : https://www.facebook.com/jurnasnews/subscribe/
Youtube: https://www.youtube.com/@jurnastv1825?sub_confirmation=1
Doa meredakan amarah Tips mengendalikan emosi





















