Ilustrasi perselingkuhan dalam hubungan percintaan (Foto: Vitaly Gariev/Unsplash)
Jakarta, Jurnas.com - Banyak orang percaya bahwa perselingkuhan hanya terjadi karena cinta sudah hilang. Padahal, kenyataannya tidak selalu sesederhana itu. Ada orang yang masih mencintai pasangannya, namun tetap tergoda untuk selingkuh.
Selingkuh bukan selalu soal kehilangan cinta, melainkan kehilangan kendali diri. Beberapa orang mencari sesuatu yang tidak mereka dapatkan dalam hubungan, entah perhatian, apresiasi, atau sensasi baru.
Ada pula yang selingkuh karena rasa ingin diakui. Mereka merasa hubungan yang stabil terlalu tenang, sementara hubungan terlarang memberi adrenalin yang memabukkan.
Psikolog menyebut hal ini sebagai bentuk emotional gap atau celah antara kebutuhan emosional dan kenyataan hubungan. Selingkuh menjadi cara salah untuk menutupi kekosongan itu.
Faktor lain adalah komunikasi yang rusak. Ketika pasangan tak saling terbuka, rasa kecewa dipendam hingga mencari pelampiasan di luar hubungan. Padahal, masalah utama bukan orang ketiga, tapi kurangnya keintiman emosional.
Selingkuh juga bisa dipicu oleh rendahnya kontrol diri. Ketika seseorang terbiasa mengikuti dorongan sesaat, komitmen menjadi hal yang mudah diabaikan.
Yang menyedihkan, cinta saja memang tidak cukup menjaga kesetiaan. Tanpa rasa hormat, tanggung jawab, dan komunikasi sehat, hubungan bisa goyah kapan saja.
Namun bukan berarti semua orang yang selingkuh tidak bisa berubah. Dengan kesadaran dan penyesalan yang tulus, manusia bisa belajar memperbaiki diri.
Meski begitu, bagi yang diselingkuhi, penting untuk menyadari bahwa kesalahan bukan pada kurangnya cinta, tapi pada pilihan buruk orang lain. Kamu layak dicintai tanpa harus dibandingkan dengan siapapun.
KEYWORD :Fakta Selingkuh Hubungan Percintaan Cinta Terlarang












