Sabtu, 01/11/2025 04:03 WIB

Ali bin Abi Thalib, Sang Pintu Ilmu dan Cermin Kecerdasan





Dalam Islam, sosok Ali bin Abi Thalib bukan hanya dikenal sebagai khalifah keempat, tetapi juga sebagai simbol kecerdasan dan kebijaksanaan

Ilustrasi (Foto: Dompet Dhuafa)

Jakarta, Jurnas.com - Dalam Islam, sosok Ali bin Abi Thalib RA bukan hanya dikenal sebagai khalifah keempat dan menantu Rasulullah SWA, tetapi juga sebagai simbol kecerdasan dan kebijaksanaan. Ia menempatkan ilmu di atas segala hal duniawi, termasuk harta hingga tahta.

Sebuah kisah klasik menggambarkan kedalaman pemikiran Ali bin Abi Thalib ketika sekelompok orang datang menanyainya dengan pertanyaan yang sama: “Mana yang lebih baik, ilmu atau harta?”

Menariknya, meskipun pertanyaannya sama, Sayyidina Ali menjawab dengan alasan yang berbeda-beda, menunjukkan luasnya pandangan, ketajaman logika, dan luasnya ilmu beliau.

Kepada penanya pertama, Ali RA berkata bahwa ilmu lebih baik karena ilmu adalah warisan para nabi, sementara harta merupakan peninggalan Qarun dan Firaun. Jawaban itu langsung menunjukkan pandangan spiritualnya bahwa nilai ilmu jauh melampaui materi.

Orang kedua datang dengan pertanyaan serupa, dan Ali bin Abi Thalib kembali menegaskan bahwa ilmu lebih utama. Ia menjelaskan, ilmu menjaga pemiliknya, sedangkan harta justru harus dijaga oleh manusia.

Kepada penanya berikutnya, Ali menambahkan dimensi sosial dari keutamaan ilmu. Ia mengatakan bahwa pemilik harta memiliki banyak musuh, sementara orang berilmu justru memiliki banyak teman.

Namun Ali tidak berhenti di sana, ia terus menegaskan nilai ilmu dari berbagai sudut. Kepada penanya lain, ia menjawab bahwa ilmu bila dibelanjakan akan bertambah, sedangkan harta jika digunakan akan berkurang.

Dalam pandangannya, ilmu juga membawa kemuliaan, sementara harta bisa membuat seseorang hina bila tidak dikelola dengan benar dan bijaksana. Ali menegaskan, pemilik ilmu dipanggil dengan sebutan mulia, sedangkan pemilik harta sering kali dicap kikir.

Lebih jauh, ia menekankan bahwa harta akan dihisab pada hari kiamat, tetapi ilmu dapat menjadi syafaat bagi pemiliknya. Dengan pemahaman mendalam, Ali bin Abi Thalib menunjukkan bahwa ilmu tak hanya bernilai di dunia, tetapi juga di akhirat.

Para penanya pun tertegun karena setiap jawaban Ali selalu baru dan bernas. Ia lalu berkata, “Andai lebih banyak orang datang menanyakan hal ini, niscaya aku akan memberi alasan yang berbeda, karena keutamaan ilmu tak akan pernah habis.”

Ungkapan itu menggambarkan keluasan wawasan dan kejernihan berpikir Ali bin Abi Thalib. Ia bukan hanya menjawab dengan logika, tetapi juga dengan kebijaksanaan yang berakar dari keimanan.

Nabi Muhammad SAW sendiri bersabda, “Aku adalah kota ilmu, dan Ali adalah pintunya.” Ucapan itu menjadi pengakuan atas kedalaman ilmu Ali yang menghubungkan kecerdasan dengan nilai spiritual.

Pandangan Ali bin Abi Thalib juga sejalan dengan firman Allah dalam surat Al-Mujadalah ayat 11 yang menegaskan bahwa Allah meninggikan derajat orang berilmu. Ayat ini menjadi fondasi bahwa pengetahuan adalah salah satu puncak kemuliaan bagi manusia. (*)

 

 

KEYWORD :

Info Keislaman Ali bin Abi Thalib Pintu Ilmu




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :