Ilustrasi - Ini gambaran azab munafik yang dijelaskan dalam Al-Qur`an (Foto: Pexels/Abdulmeilk Aldawsari)
Jakarta, Jurnas.com - Dalam Islam, kemunafikan dipandang sebagai penyakit hati yang paling berbahaya. Ia bukan hanya merusak keimanan, tetapi juga memicu kegelisahan di dunian hingga mengundang azab paling pedih di akhirat.
Gambaran azab munafik muncul dalam Al-Qur`an dan hadis, berfungsi sebagai peringatan agar manusia senantiasa menjauhinya dan meningkatkan amal saleh.
Allah SWT berfirman dalam Surah An-Nisa ayat 145:
“Sungguh, orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka.”
Kekhawatiran terhadap munculnya sifat munafik bahkan menjadi salah satu hal yang paling dikhawatirkan Rasulullah SAW. Dalam riwayat Imam ath-Thabrani disebutkan: “Yang paling aku khawatirkan atas kalian setelah kepergianku adalah orang munafik yang pandai berbicara.”
Orang Paling Cerdas Menurut Riwayat Islam
Kepandaian bicara tanpa kejujuran hati bisa menipu banyak orang, bahkan menyesatkan umat. Karena itu, Rasulullah selalu menekankan pentingnya kejujuran dan ketulusan dalam setiap ucapan dan tindakan.
Dalam sebuah hadis riwayat Imam Tirmidzi, Rasulullah SAW menggambarkan nasib orang beriman dan orang munafik di alam kubur. Orang beriman akan beristirahat di tempat yang lapang dan bercahaya, sementara orang munafik akan dijepit bumi hingga tulang rusuknya remuk, dan ia terus disiksa hingga hari kebangkitan tiba.
Utang Itu Darurat, Jangan Remehkan!
Kemunafikan sering berawal dari kedustaan. Rasulullah SAW mengingatkan agar setiap muslim meninggalkan hal yang meragukan menuju hal yang menenangkan, karena kejujuran membawa ketenteraman, sedangkan dusta menimbulkan kegelisahan dan rasa takut.
Dusta tak hanya menghapus keberkahan hidup, tetapi juga menumbuhkan rasa cemas yang menggerogoti jiwa. Seseorang yang terbiasa berdusta akan kehilangan kepercayaan diri dan hidup dalam bayang-bayang kegelisahan.
Selain berdusta, mengkhianati amanah dan ingkar janji juga menjadi ciri kemunafikan. Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Anfal ayat 27 agar orang beriman tidak mengkhianati Allah, Rasul, maupun amanat yang dipercayakan kepada mereka.
Rasulullah SAW bahkan berdoa agar Allah memperberat kehidupan bagi pemimpin yang menyulitkan rakyatnya. Sebaliknya, beliau mendoakan kelembutan bagi pemimpin yang memudahkan urusan umat.
Sifat munafik juga tampak ketika seseorang berbuat curang saat berselisih. Padahal Allah memerintahkan agar keadilan ditegakkan bahkan kepada musuh, karena keadilan adalah cerminan takwa dan kebencian tidak boleh menjadi alasan untuk berlaku zalim.
Orang beriman dituntut untuk tetap tenang menghadapi keburukan dengan kebaikan. Allah memuji hamba-Nya yang mampu membalas celaan dengan kata-kata yang membawa keselamatan, karena sikap itu menunjukkan kedewasaan iman dan ketulusan hati.
Islam mengajarkan bahwa kejujuran adalah cahaya bagi hati, sementara kemunafikan adalah kegelapan yang menyesatkan. Orang jujur hidup dalam ketenangan, sedangkan orang munafik tenggelam dalam kegelisahan yang tak berujung.
Peringatan tentang azab munafik bukanlah ancaman semata, melainkan ajakan untuk bercermin. Siapa pun yang menegakkan kejujuran, menjaga amanah, dan menunaikan janji dengan tulus akan menemukan ampunan Allah yang tanpa batas.
Dengan demikian, pemahaman tentanf azab bagi orang munafik bukan sekadar kisah menakutkan, tapi peringatan agar manusia kembali jujur, amanah, dan tulus dalam beriman hingga beramal baik.
KEYWORD :Info Keislaman Azab Munafik Al-Qur`an dan hadis Rasulullah SAW
