Selasa, 28/10/2025 16:34 WIB

Ashabul Kahfi, Kisah Pemuda yang Tidur Ratusan Tahun di Gua





Di antara kisah-kisah besar dalam Al-Qur’an, kisah tentang Ashabul Kahfi menjadi simbol keteguhan iman para pemuda yang berani menolak kekuasaan zalim

Ilustrasi - Gua yang menjadi tempat bagi para pemuda Ashabul Kahfi (Foto: alazhar)

Jakarta, Jurnas.com - Di antara kisah-kisah besar dalam Al-Qur’an, kisah tentang Ashabul Kahfi menjadi simbol keteguhan iman para pemuda yang berani menolak kekuasaan zalim. Kisah ini bukan sekadar legenda keagamaan, melainkan potret tentang keberanian anak muda yang mempertahankan keyakinan di tengah tekanan politik dan sosial.

Kisah Ashabul Kahfi bermula dari penindasan seorang raja zalim yang memaksa rakyatnya menyembah berhala. Sekelompok pemuda memilih untuk melawan arus, menolak tunduk kepada perintah tersebut. Mereka memilih mempertahankan iman kepada Allah SWT meskipun harus diburu dan menghadapi ancaman hukuman.

Untuk menyelamatkan diri, para pemuda ini akhirnya pergi bersembunyi ke sebuah gua. Allah SWT kemudian menidurkan mereka dengan cara ajaib selama 309 tahun sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an:

وَلَبِثُوا فِي كَهْفِهِمْ ثَلَاثَ مِائَةٍ سِنِينَ وَازْدَادُوا تِسْعًا

"Dan mereka tinggal dalam gua mereka selama tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun." (QS. Al-Kahfi: 25)

Saat terbangun, para pemuda mengira hanya tertidur sebentar. Namun ketika salah satu dari mereka pergi membeli makanan, penduduk kota terkejut karena uang yang dibawanya sudah berasal dari zaman ratusan tahun sebelumnya.

Namun inti dari kisah ini bukan tentang lamanya mereka tertidur, melainkan tentang keteguhan iman yang mereka jaga. Dalam Surah Al-Kahfi ayat 13, Allah menegaskan, “Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambahkan petunjuk kepada mereka.” Ayat ini menggambarkan bahwa keimanan bukan sekadar keyakinan, melainkan kekuatan yang memberi arah dan keteguhan dalam menghadapi tekanan.

Kisah Ashabul Kahfi menjadi gambaran ideal tentang bagaimana pemuda seharusnya berdiri di atas prinsip. Mereka tidak mencari popularitas atau pengakuan, melainkan keberpihakan pada kebenaran. Dalam konteks hari ini, sikap mereka mengajarkan pentingnya menjaga integritas di tengah derasnya arus kompromi moral.

Gua yang menjadi tempat perlindungan mereka bukan hanya ruang fisik, tetapi juga simbol perenungan spiritual. Di sanalah mereka menenangkan hati, menjauh dari keramaian dunia, dan memperkuat hubungan dengan Allah. Dalam kehidupan modern, setiap generasi muda pun membutuhkan “gua”-nya sendiri, tempat menenangkan diri dari hiruk-pikuk dunia digital dan kembali menyadari makna iman.

Ketika mereka akhirnya kembali ke masyarakat, kehadiran mereka menjadi bukti kekuasaan Allah yang tak terbatas. Kisah ini menegaskan bahwa kemenangan iman tidak selalu datang dengan perang atau kekuatan fisik, melainkan dengan kesabaran dan keikhlasan. Dalam diam dan kesunyian gua, mereka justru menciptakan gema yang abadi tentang keyakinan dan keteguhan hati.

Hingga kini, kisah Ashabul Kahfi terus dibacakan dan direnungkan oleh umat Islam di seluruh dunia. Cerita mereka bukan sekadar sejarah, tetapi pesan abadi bagi setiap pemuda untuk tetap teguh dalam iman meski hidup di tengah perubahan zaman. Sebab di setiap era, akan selalu dibutuhkan pemuda yang berani memilih kebenaran di atas kenyamanan. (*)

KEYWORD :

Info Keislaman Ashabul Kahfi Pemuda Tidur di Gua Raja Zalim




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :