Ilustrasi kelelahan akibat bekerja seharian (Foto: Albayan)
Jakarta, Jurnas.com – Dalam budaya kerja modern yang serba cepat, banyak orang menganggap kelelahan sebagai tanda produktivitas. Padahal, tubuh dan pikiran punya batasnya sendiri. Terlalu lama memaksakan diri justru bisa menurunkan performa dan membuat burnout tak terhindarkan.
Bekerja keras memang penting, tapi bekerja tanpa jeda bisa menjadi bumerang. Menurut laporan World Health Organization (WHO), burnout telah resmi dikategorikan sebagai sindrom akibat stres kerja kronis yang tidak dikelola dengan baik.
Tanda pertama kamu butuh istirahat adalah ketika mulai kehilangan motivasi. Pekerjaan yang dulu terasa menantang kini terasa membosankan atau bahkan menekan.
Kedua, kamu sering merasa lelah meski baru bangun. Jika setiap pagi terasa berat untuk memulai hari, itu tanda tubuhmu memberi sinyal kelelahan yang serius.
Tanda ketiga adalah menurunnya konsentrasi. Kamu jadi mudah lupa, salah kirim email, atau kesulitan fokus saat rapat. Ini merupakan efek dari stres berkepanjangan yang belum disadari.
Keempat, perubahan emosi yang ekstrem. Kamu mungkin menjadi lebih sensitif, mudah tersinggung, atau merasa sedih tanpa alasan jelas. Kondisi ini bisa menjadi gejala awal kelelahan mental.
Kelima, kehidupan pribadi mulai terabaikan. Ketika waktu istirahat terus dikorbankan untuk pekerjaan, keseimbangan hidup otomatis terganggu. Akibatnya, hubungan sosial dan kesehatan pun ikut terpengaruh.
Ahli kesehatan menyarankan untuk mengambil jeda secara berkala, bahkan jika hanya satu atau dua hari untuk detoks dari pekerjaan. Aktivitas sederhana seperti berjalan di taman, tidur cukup, atau sekadar tidak membuka email kantor bisa membantu memulihkan energi.
Ingat, istirahat bukan tanda malas, melainkan bagian dari tanggung jawab terhadap diri sendiri. Dengan memberi waktu untuk pulih, produktivitas dan semangat kerja justru akan meningkat kembali.
KEYWORD :Tanda Burnout Kelelahan Bekerja Produktivitas Kerja Menurun


















