Minggu, 26/10/2025 23:51 WIB

Dulu Identik Lelaki, Begini Sejarah Pink Dianggap Warna Perempuan

Di masa lalu, pink melambangkan kekuatan, status, dan keberanian, bahkan menjadi bagian dari busana bangsawan pria di Eropa.

Sepatu pink identik dengan perempuan (Foto: Stones and Bones/Unsplash)

Jakarta, Jurnas.com - Siapa yang menyangka warna pink, yang kini identik dengan kelembutan dan feminin, dulunya justru dianggap warna maskulin? Sejarah panjang warna ini menunjukkan betapa kuatnya pengaruh budaya dan mode dalam membentuk persepsi masyarakat terhadap simbol warna.

Kini, pink sering diasosiasikan dengan perempuan, romansa, dan kelembutan. Tapi di masa lalu, warna ini justru melambangkan kekuatan, status, dan keberanian, bahkan menjadi bagian dari busana bangsawan pria di Eropa.

Pada abad ke-18, terutama di Prancis dan Inggris, pink dianggap turunan dari merah, yang merupakan warna para prajurit dan simbol kejantanan. Laki-laki dari kalangan aristokrat sering mengenakan jas, rompi, atau kain berwarna merah muda dengan bordir emas.

Tokoh-tokoh seperti Louis XV dan Frederick the Great dari Prusia dikenal tidak ragu mengenakan warna tersebut sebagai tanda selera tinggi dan kekuasaan.

Sementara itu, biru justru diasosiasikan dengan sifat lembut dan keperawanan. Warna ini sering digunakan dalam ikonografi religius, seperti pakaian Bunda Maria yang hampir selalu digambarkan berwarna biru muda. Dengan demikian, biru dulunya adalah warna yang dianggap `feminin`, sedangkan pink adalah warna yang `maskulin`.

Memasuki abad ke-19, perubahan sosial mulai terjadi. Revolusi industri membuat pakaian menjadi lebih mudah diproduksi dan mode semakin ditentukan oleh pasar.

Majalah mode anak-anak di awal 1900-an bahkan sempat menulis, `Pink is for the boys, blue is for the girls.` Tapi, situasi ini berubah drastis setelah Perang Dunia II.

Sekitar tahun 1940–1950-an, industri fashion dan iklan mulai membentuk segmentasi pasar berbasis gender. Perusahaan besar seperti Sears dan Macy’s di Amerika mulai mempromosikan warna pink sebagai lambang kelembutan dan keibuan, sementara biru dijadikan warna maskulin yang kuat dan stabil.

Saat First Lady Mamie Eisenhower mengenakan gaun pink di pelantikan suaminya pada 1953, warna ini resmi melekat sebagai simbol femininitas di Amerika.

Pada dekade 1960–1980-an, budaya pop memperkuat citra tersebut lewat figur seperti Marilyn Monroe dengan `Diamonds Are a Girl’s Best Friend` dan boneka Barbie yang menjadikan pink sebagai warna khasnya. Dari sinilah warna pink menjadi ikon `gaya perempuan` modern.

Namun, memasuki abad ke-21, makna pink kembali bergeser. Gerakan `Pink for All` dan kampanye kesetaraan gender mulai meruntuhkan stereotip lama. Di dunia fashion, banyak desainer pria menggunakan pink untuk menunjukkan keberanian, modernitas, dan kepercayaan diri.

Bahkan di dunia olahraga dan politik, warna ini menjadi simbol solidaritas, misalnya pada Gerakan Pita Merah Muda untuk kesadaran kanker payudara.

KEYWORD :

Sejarah Pink Simbol Maskulin Lambang Kelembutan Warna Perempuan




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :