Jum'at, 24/10/2025 18:55 WIB

Mahasiswi Unair Ciptakan Alat Pendeteksi Gas Polutan Berbahaya

Mahasiswi Universitas Airlangga (Unair), Eka Rachma Aprilidanti sukses menciptakan alat pendeteksi gas polutan berbahaya.

Mahasiswi Universitas Airlangga (Unair), Eka Rachma Aprilidanti menciptakan alat pendeteksi gas polutan berbahaya (Foto: Ist/Unair)

Jakarta, Jurnas.com - Mahasiswi Universitas Airlangga (Unair), Eka Rachma Aprilidanti, menghadirkan terobosan teknologi ramah lingkungan bernama AIRMON (Air Monitoring System). AIRMON merupakan alat pendeteksi gas polutan berbahaya berbasis Internet of Things (IoT).

Berangkat dari keresahan terhadap tingginya kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di Jawa Timur yang mencapai 130.683 kasus pada tahun 2023, Eka mengembangkan AIRMON sebagai solusi pemantauan udara di kawasan permukiman sekitar industri.

"Teknologi ini saya rancang bukan hanya untuk mendeteksi. Tapi juga sebagai langkah mitigasi awal agar masyarakat lebih waspada terhadap bahaya polusi udara," kata mahasiswi Program Studi Teknologi Rekayasa Instrumentasi dan Kontrol ini, dilansir dari laman Unair pada Jumat (24/10).

AIRMON yang dirancang Eka mampu mendeteksi enam parameter gas toksik, termasuk karbon monoksida (CO), amonia (NH₃), nitrogen dioksida (NO₂), metana (CH₄), etanol (C₂H₅OH), dan hidrogen (H₂) secara real-time.

"Melalui platform digital yang terintegrasi dengan sistem early warning alarm, AIRMON ini nantinya akan mengirimkan peringatan dini ketika kadar gas berbahaya melebihi batas aman," ujar Eka.

Dengan lebih dari 30 penghargaan nasional dan internasional, serta tiga hak cipta dan satu paten dalam proses, Eka optimistis AIRMON bisa menjadi sistem pemantauan udara yang terintegrasi secara nasional.

Dia pun berharap dukungan dari berbagai pemangku kebijakan. Mulai dari Kementerian Kesehatan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, hingga Kementerian Hukum dan HAM.

Dia juga berharap AIRMON dapat terimplementasi di kawasan Gerbangkertosusila. Yakni Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, dan Lamongan. Daerah-daerah tersebut memiliki tingkat polusi tinggi dan belum sepenuhnya terpantau oleh stasiun ISPU.

"Dukungan itu penting. Terutama dalam hal legalitas, uji standar nasional (SNI), dan perluasan implementasinya di lapangan agar alat ini benar-benar bisa termanfaatkan secara luas oleh masyarakat," tutup Eka.

KEYWORD :

Kampus Unair Universitas Airlangga Eka Rachma Aprilidanti Alat Pendeteksi Gas




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :