
Penjual dan konsumen melihat aplikasi jual beli daring. (Foto istimewa)
Jakarta, Jurnas.com - Kejujuran dalam jual beli merupakan prinsip penting dalam ajaran Islam. Prinsip ini bukan hanya etika bisnis, tetapi juga warisan Rasulullah SAW yang diyakini membawa keberkahan bagi para pelaku usaha.
Prinsip kejujuran dalam jual beli ini telah dicontohkan langsung oleh Rasulullah yang dikenal sebagai pedagang yang jujur, amanah, dan terpercaya.
Rasulullah SAW bersabda, “Orang yang bertransaksi jual beli masing-masing memiliki hak khiyar selama keduanya belum berpisah. Jika keduanya jujur dan terbuka, maka keduanya akan mendapatkan keberkahan dalam jual beli. Namun jika berdusta dan menyembunyikan, maka keberkahan jual beli mereka akan hilang.” (HR. Muttafaqun Alaih).
Hadis ini mengingatkan bahwa kejujuran merupakan salah satu syarat hadirnya keberkahan. Dalam setiap transaksi, keterbukaan antara penjual dan pembeli menjadi penentu apakah usaha itu bernilai ibadah atau justru kehilangan nilai berkahnya.
Dalam praktiknya, jual beli sering melibatkan proses tawar-menawar dan strategi pemasaran. Namun Islam mengingatkan agar pelaku usaha tidak tergoda untuk menipu, menutupi cacat barang, atau melebih-lebihkan kualitas demi meraih keuntungan sesaat.
Selain hadis, Al-Qur’an pun mengingatkan pentingnya berlaku adil dalam perdagangan. Allah berfirman, “Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang merugikan. Timbanglah dengan timbangan yang lurus.” (QS. Asy-Syu‘ara: 181–182).
Ayat ini menjadi pedoman agar setiap transaksi dijalankan dengan kejujuran dan keadilan. Dalam konteks modern, pesan tersebut tetap relevan bagi siapa pun yang menjalankan usaha, baik di pasar tradisional maupun dalam bisnis digital.
Bagi seorang Muslim, tujuan berdagang bukan semata mencari laba atau keuntungan, tetapi juga menjemput rezeki yang halal. Kejujuran menjadi pembeda antara bisnis yang hanya menguntungkan secara materi dan usaha yang membawa ketenangan serta ridha Allah.
Sejarah mencatat, reputasi kejujuran Rasulullah SAW dalam berdagang membuatnya digelari Al-Amin, sosok yang dipercaya oleh semua kalangan. Kepercayaan itulah yang menjadi modal terbesar dalam membangun jaringan perdagangan yang luas dan sukses.
Kini, nilai itu tetap relevan di era bisnis modern. Ketika persaingan semakin ketat dan transparansi menjadi tuntutan, kejujuran justru menjadi investasi jangka panjang yang dapat mendatangkan loyalitas dan keberkahan usaha.
Di sisi lain, kejujuran dalam berdagang juga dapat mendatangkan keberkahan atau pahala berupa tempat mulia di akhirat nanti bagi para pedagang.
Rasulullah SAW bersabda, “Pedagang yang jujur dan amanah akan bersama para nabi, orang-orang yang benar, dan para syuhada.” (HR. Tirmidzi). Hadis ini mengingatkan bahwa kejujuran dalam berniaga adalah jalan menuju kemuliaan, dan keberkahan, bukan sekadar cara meraih keuntungan duniawi. (*)
KEYWORD :
Info Keislaman Etika Jualan Prinsip kejujuran Jual beli Rasulullah SAW