Jum'at, 24/10/2025 00:24 WIB

Pentingnya Kejujuran dalam Jual Beli Menurut Riwayat Islam

Di tengah persaingan dagang yang semakin kompleks, nilai kejujuran masih kerap menjadi sorotan

Penjual dan konsumen melihat aplikasi jual beli daring. (Foto istimewa)

Jakarta, Jurnas.com - Di tengah persaingan dagang yang semakin kompleks, nilai kejujuran masih kerap menjadi sorotan. Dalam ajaran Islam, prinsip ini bukan hanya etika bisnis, tetapi juga warisan Rasulullah SAW yang terbukti membawa keberkahan bagi para pelaku usaha.

Rasulullah SAW bersabda, “Pedagang yang jujur dan amanah akan bersama para nabi, orang-orang yang benar, dan para syuhada.” (HR. Tirmidzi). Hadis ini menegaskan bahwa kejujuran dalam berniaga adalah jalan menuju kemuliaan, bukan sekadar cara meraih keuntungan duniawi.

Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW juga menekankan pentinya kejujuran dalam jual beli untuk menggapai keberkahan. Beliau bersabda:

الْبَيِّعَانِ بِالْخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ لَهُمَا فِى بَيْعِهِمَا وَإِنْ كَذَبَا وَكَتَمَا مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا

Artinya: Orang yang melakukan transaksi jual beli masing-masing memiliki hak khiyar (membatalkan atau melanjutkan transaksi) selama keduanya belum berpisah. Jika keduanya jujur dan terbuka, maka keduanya akan mendapatkan keberkahan dalam jual beli, tapi jika keduanya berdusta dan tidak terbuka, maka keberkahan jual beli antara keduanya akan hilang. (HR Bukhari dan Muslim)

Selain hadis, Al-Qur’an pun menegaskan pentingnya berlaku adil dalam perdagangan. Allah berfirman, “Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang merugikan. Timbanglah dengan timbangan yang lurus.” (QS. Asy-Syu‘ara: 181–182).

Ayat ini menjadi pedoman agar setiap transaksi dijalankan dengan kejujuran dan keadilan. Dalam konteks modern, pesan tersebut tetap relevan bagi siapa pun yang menjalankan usaha, baik di pasar tradisional maupun dalam bisnis digital.

Sejarah mencatat bahwa kejayaan perdagangan umat Islam di masa lalu berakar dari integritas dan kejujuran. Para pedagang Muslim dikenal menepati janji, menjaga kualitas, dan tidak menipu dalam timbangan, sehingga kepercayaan menjadi modal utama yang mengantarkan mereka pada kemakmuran.

Kini, di tengah derasnya arus e-commerce dan promosi digital, kejujuran justru menjadi pembeda utama. Biasanya, sebagian besar konsumen lebih memilih penjual yang terbuka dan transparan soal produk, meski harga yang ditawarkan lebih tinggi.

Fenomena ini menunjukkan bahwa kepercayaan kini menjadi mata uang baru dalam dunia bisnis. Ketika konsumen merasa dihargai dan tidak dibohongi, loyalitas pun tumbuh dan berbuah pada keberlanjutan usaha.

Karena itu, kejujuran bukan sekadar nilai moral, tetapi fondasi dari rezeki yang halal dan keberkahan. Dalam jual beli, kepercayaan adalah aset mahal, dan kejujuran adalah pilar utama. (*)

KEYWORD :

Etika Jualan Prinsip kejujuran Jual beli Kejujuran dan keadilan




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :