Rabu, 22/10/2025 22:25 WIB

Mahasiswa UHAMKA Antusias Ikuti Diskusi Film bersama FFW 2025

 Diskusi film bertajuk

Diskusi FFW 2025 di Kampus UHAMKA. (Foto: Jurnas/Ira).

Jakarta, Jurnas.com- - Festival Film Wartawan (FFW) 2025 menyelenggarakan diskusi film bertajuk "Merawat Ingatan, Merangsang Mimpi: Membaca Film Indonesia" di Aula Lantai 4, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA), Jalan Limau, Jakarta Selatan, pada Senin, 20 Oktober 2025.

Diskusi ini menghadirkan sejumlah pembicara, di antaranya, M. Soleh Artiawan, Pamong Budaya Ahli Muda, mewakili Dr. Syaifullah Agam, Direktur Film, Musik, dan Seni, Ditjen Kebudayaan, Kementerian Kebudayaan RI, Titin Setiawati, M.I.Kom, Dosen FISIP UHAMKA dan Komisioner Lembaga Sensor Film (LSF), Benny Benke, Ketua FFW 2025, Peter Surya Wijaya, Eksekutif Produser Imperial Pictures dan Hartawan Triguna, Produser Assalammualaikum Beijing 2. Acara yang diikuti ratusan mahasiswa FISIP UHAMKA ini dimoderatori oleh Irish Riswoyo.

Dalam sambutannya, Dr. Tellys Corliana, M.Hum, Dekan FISIP UHAMKA, menyampaikan bahwa diskusi perfilman selalu menarik untuk diikuti. Ia menekankan pentingnya memahami perkembangan film Indonesia dari masa ke masa.

“Film Indonesia pernah mengalami masa sulit, namun kini telah bangkit kembali. Hal inilah yang membuat diskusi ini menarik untuk kita gali bersama,” ujarnya.

“Sebagai bagian dari budaya, film terus beradaptasi dan berevolusi, baik dari segi teknologi, strategi, maupun ilmu pendukungnya. Kami sangat menyambut baik kehadiran Festival Film Wartawan di kampus kami,” tambah Tellys.

Benny Benke, Ketua FFW 2025, mengucapkan terima kasih kepada UHAMKA yang telah menyediakan ruang untuk diskusi ini. Ia menegaskan komitmen FFW dalam menilai film secara independen dari sudut pandang wartawan.

“Kami memiliki cara sendiri dalam menilai film, mulai dari tahap seleksi, nominasi, hingga pemenang. Penilaian ini murni dilakukan oleh wartawan yang konsisten mengikuti perkembangan film Indonesia,” jelas Benny, disambut tepuk tangan peserta.

Perwakilan dari Kementerian Kebudayaan RI, Soleh Artiawan, menyatakan dukungan pemerintah terhadap kegiatan positif seperti FFW.

“Diskusi seperti ini sangat baik, terlebih melibatkan mahasiswa. Kami berharap Indonesia dapat menjadi tuan rumah perfilman di negeri sendiri pada tahun 2025,” ucap Soleh.

Sementara itu, Peter Surya Wijaya dari Imperial Pictures menyatakan bahwa kehadirannya dalam diskusi bertujuan untuk menggali aspirasi mahasiswa mengenai film Indonesia.

“Kami ingin memahami preferensi generasi muda: film seperti apa yang menarik bagi mereka, dan apa yang perlu diperbaiki. Tujuan kami adalah mempelajari harapan mahasiswa terhadap film Indonesia,” tegas Peter.

Hartawan Triguna, Produser Assalammualaikum Beijing 2, menekankan pentingnya kreativitas dalam produksi film.

“Dengan kreativitas, anggaran terbatas bisa menghasilkan karya bernilai miliaran rupiah. Misalnya, mengembangkan skenario dari ide sederhana, lalu menarik investor untuk mewujudkannya. Kreativitas adalah kunci,” terang Hartawan, yang sedang memproduksi film berjudul Ghosting.

Titin Setiawati, perwakilan Lembaga Sensor Film (LSF), menjelaskan peran LSF dalam mengawasi film yang tayang di bioskop.

“Pada 2024, LSF menyensor puluhan ribu film. Setiap film yang tayang harus memiliki Surat Tanda Lulus Sensor (SLS). Kami bertugas melindungi masyarakat dari dampak negatif adegan atau cerita film, termasuk dengan menetapkan klasifikasi usia penonton,” tegasnya.

Diskusi yang berlangsung selama tiga jam ini mendapat antusiasme tinggi dari mahasiswa UHAMKA. Banyak pertanyaan dilontarkan seputar proses produksi film, jumlah penonton, serta mekanisme penilaian FFW dalam menentukan nominasi dan pemenang. Malam Puncak FFW 2025 rencananya akan digelar pada November mendatang.

KEYWORD :

FISIP UHAMKA Diskusi Film FFW 2025 Benny Benke




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :