
Windi Syalwa Mutmainna, penerima KIP Kuliah di Universitas Pattimura (Foto: Ist)
Jakarta, Jurnas.com - Ambon mencatatkan kisah manis dari Windi Syalwa Mutmainna, seorang gadis 20 tahun yang mencoba menghidupi cita-citanya melalui sebuah gerobak sederhana.
Windi merupakan mahasiswi penerima beasiswa Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-Kuliah), yang kini menuntut ilmu di Fakultas Hukum, Universitas Pattimura, Maluku.
Pagi hari dia menyimak hukum pidana dan perdata di bangku kuliah, namun saat malam tiba, dia beralih peran menjadi penjual jagung bakar.
Tangannya yang cekatan mengipasi bara api, adalah tangan yang kelak ingin memegang palu keadilan. Mimpinya adalah menjadi hakim, jaksa, atau pengacara ternama.
Kisahnya adalah nyanyian tentang ketekunan, mimpi besar, dan pengorbanan yang tak terucapkan demi mengubah nasib, seakan membuktikan bahwa kesulitan ekonomi hanyalah jeda, bukan akhir dari sebuah impian.
Wajah Windi terlihat lelah, namun sepasang matanya selalu memancarkan tekad yang membara. Sejak mentari terbit hingga menjelang senja, dia adalah mahasiswi hukum yang rajin.
"Saya ingin menjadi hakim atau jaksa. Bukan sekadar mengejar jabatan, tapi karena saya tahu betul bagaimana rasanya ketidakadilan dan keterbatasan. Saya juga ingin memberantas korupsi," ujarnya bersemangat, sambil sesekali mengoleskan mentega ke jagung yang siap dibakar.
Lahir di Ambon, sedari SMP, Windi dan kedua orang tuanya tinggal dengan menyewa dua kamar kos untuk ditinggali Windi dan orang tuanya. Sebelumnya tinggal di tanah milik orang lain, namun harus pindah karena pemiliknya datang. Windi berasal dari keluarga kurang mampu, ayahnya berprofesi sebagai nelayan.
Kekhawatiran selalu merebak di pikirannya, bahwa ia tak akan pernah merasakan bangku pendidikan tinggi. Kendala biaya, membuatnya merasa, dirinya tak akan pernah duduk di bangku kuliah.
"Akhirnya kami putuskan untuk jualan kecil kecilan. Karena kalo jadi nelayan resikonya juga besar," kata Windi.
Takdir berkata lain, program KIP-Kuliah menjadi titik terang yang membuka jalannya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Selama berkuliah, Windi mengaku berbagai tantangan terus menghadang terutama dari diri sendiri.
Dia berkisah, dirinya kerap kali merasa `overthinking` tentang masa depan. Tapi, Windi menanamkan satu tekad kuat untuk menamatkan pendidikannya dan mengubah hidup keluarganya.
Mewarisi semangat Kapiten Pattimura, Windi bertekad untuk keluar dari keterbatasan pendidikan. Program KIP-Kuliah dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) menjadi jembatan bagi Windi untuk mewujudkan cita-citanya. Dengan KIP-Kuliah Windi dapat menempuh pendidikan tinggi meski dalam keterbatasan ekonomi.
KEYWORD :Windi Syalwa Mutmainna KIP Kuliah Kementerian Pendidikan Tinggi Sains dan Teknologi Penjual Jagun