Selasa, 21/10/2025 03:54 WIB

Asal-usul Penamaan Gunung Lawu di Jateng dan Jatim

Gunung Lawu merupakan gunung berapi tua yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur

Ilustrasi - gunung Lawu (Foto: Pexels)

Jakarta, Jurnas.com - Gunung Lawu merupakan gunung berapi tua yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Gunung setinggi 3.265 di atas permukaan laut ini dikenal sebagai simbol peralihan sejarah besar di tanah Jawa, serta menyimpan cerita mistis.

Selain dikenal dengan pesona alam dan mistisnya, Gunung Lawu juga menyimpan berbagai kisah sejarah dan legenda yang berhubungan dengan asal-usul namanya.

Tapi, dari mana sebenarnya nama Lawu berasal? Ada beberapa versi mengenai asal usul penamaan gunung ini. Di antaranya ialah sebelum dikenal sebagai Gunung Lawu, gunung ini bernama Wukir Mahendra.

Dalam legenda Jawa Kuno, Wukir Mahendra adalah tempat pertama kali diturunkannya raja dari kayangan yang menjadi pemimpin bumi Jawa. Nama ini menunjukkan status sakral gunung sebagai pusat kekuasaan spiritual dan tempat tinggal para dewa.

Perubahan nama menjadi Lawu diduga terjadi pada masa transisi antara Hindu-Buddha dan Islam di Jawa, tepatnya menjelang keruntuhan Majapahit. Menurut berbagai sumber, termasuk tradisi lisan dan naskah-naskah Jawa kuno, nama “Lawu” kemungkinan berasal dari kata “Lawu” yang dalam bahasa Kawi berarti senyap, sunyi, atau lengang, merujuk pada suasana mistis dan heningnya puncak gunung yang sering dijadikan tempat semedi para leluhur.

Gunung Lawu kerap dikaitkan dengan Prabu Brawijaya V, raja terakhir Majapahit, yang dikisahkan mengasingkan diri ke gunung ini setelah keruntuhan kerajaannya. Dalam tradisi Jawa, tempat terakhir sang raja disebut Hargo Dalem, salah satu dari tiga puncak Lawu selain Hargo Dumiling dan Hargo Dumilah.

Legenda menyebut, Prabu Brawijaya bersama abdi setianya, Sabdo Palon, menyepi dan moksa (menghilang secara gaib) di puncak Lawu. Kisah ini begitu melekat, bahkan hingga kini banyak peziarah spiritual yang datang setiap malam 1 Suro untuk mencari "energi gaib" atau ngalap berkah dari sang raja yang dipercaya tak pernah mati.

Gunung Lawu juga menyimpan berbagai simbol spiritual lainnya, seperti Sendang Drajat, mata air abadi di dekat puncak, Gua Jolotundo. Tempat bertapa yang dianggap keramat, serta Pasar Diyeng atau Pasar Setan, yang konon hanya bisa dilihat oleh mata batin.

Konon, nama “Lawu” juga punya arti tersembunyi sebagai singkatan dari: La = Laku; Wu = Wusana (akhir). Artinya: "Akhir dari perjalanan hidup", sesuai dengan kisah Brawijaya yang mengakhiri hidup duniawinya di tempat ini.

Walaupun tak semua versi cerita bisa dibuktikan secara ilmiah, jejak sejarah Lawu masih terasa kuat. Candi-candi seperti Cetho dan Sukuh di kaki gunung menjadi bukti peradaban Hindu-Buddha akhir yang sarat simbol kesuburan dan spiritualitas. Di jalur pendakian pun banyak ditemukan petilasan (bekas tempat semedi) dan bangunan warung di puncak, yang uniknya, masih berfungsi hingga kini.

Kini, Gunung Lawu menjadi destinasi favorit untuk wisatawan, pendaki, maupun peziarah spiritual. Jalur pendakian seperti Cemoro Sewu, Cemoro Kandang, dan Candi Cetho menyuguhkan panorama alam luar biasa dengan lanskap padang rumput, hutan cemara, serta spot sakral seperti Hargo Dalem dan Telaga Kuning.

Tak hanya pendakian, kawasan Lawu juga dikelilingi objek wisata terkenal seperti Telaga Sarangan, Tawangmangu, dan Grojogan Sewu, menjadikan Lawu sebagai perpaduan antara wisata alam, sejarah, dan spiritualitas. (*)

 
KEYWORD :

Perbatasan Jateng dan Jatim Gunung Lawu Asal usul




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :