
Pengamat Pendidikan, I Dewa Gede Sayang Adi Yadnya (Foto: Ist)
Jakarta, Jurnas.com - Pengamat pendidikan, I Dewa Gede Sayang Adi Yadnya, menyayangkan kasus siswa merokok yang berujung pelaporan kepala sekolah oleh orang tua siswa ke polisi di SMA Negeri 1 Cimarga, Lebak, Banten.
Yadnya mengatakan bahwa sekolah yang seharusnya menjadi tempat pembentukan karakter justru berubah menjadi panggung konflik antara disiplin, emosi, dan kehilangan empati.
"Peristiwa ini bukan sekadar soal tamparan atau rokok, tetapi potret krisis hukum, krisis moral, dan krisis kesehatan mental yang semakin dalam di ruang pendidikan kita," kata dia kepada Jurnas.com pada Minggu (19/10).
Yadnya menyebut bahwa merokok di lingkungan sekolah bukan pelanggaran ringan semata. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 telah mengatur larangan tegas larangan merokok, yang ditujukan bagi siswa, guru, maupun pegawai.
Karena itu, kepala kekolah sebagai penanggung jawab tertinggi di sekolah punya wewenang memberikan teguran atau tindakan terhadap pihak yang melanggar aturan merokok.
Sayangnya, para guru juga menghadapi dilema berat. Mereka dituntut menegakkan disiplin, tetapi setiap tindakan keras dapat berujung laporan hukum dan tekanan publik.
Guru akhirnya berdiri di antara dua kutub, yakni antara kewajiban moral mendidik dan ketakutan menghadapi konsekuensi hukum.
"Kasus ini menunjukkan kegagalan sistemik dalam pendidikan karakter. Terjadi pembiaran terhadap perilaku siswa kecanduan merokok yang mengakibatkan kebiasaan berbohong," ujar Yadnya.
"Sekolah terlalu fokus pada hasil akademik, tetapi abai pada penguatan emosi, moral, dan spiritualitas," dia menambahkan.
Selain itu, Yadnya juga menyoroti aksi mogok 630 siswa SMAN 1 Cimarga siswa sebagai bentuk solidaritas kepada siswa yang terkena hukuman akibat merokok. Menurut dia, ini mencerminkan pergeseran nilai solidaritas di kalangan pelajar.
"Situasi ini menandakan adanya krisis psikologis massal di sekolah. Murid frustrasi, guru kelelahan mental, dan suasana belajar berubah tegang," kata dia.
Dia menambahkan bahwa salah satu solusi konkret saat ini ialah terapi kesehatan mental massal di sekolah. Program ini dapat dirancang sebagai bagian dari healing process bagi seluruh warga sekolah, bukan bentuk hukuman.
KEYWORD :SMAN 1 Cimarga Siswa Merokok Pengamat Pendidikan I Dewa Gede Sayang Adi Yadnya