Minggu, 19/10/2025 05:05 WIB

Jangan Ungkit Dosa Lama, Ini Pesan Rasulullah SAW

Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali kita tanpa sadar mengingatkan seseorang pada masa lalunya yang kelam

Ilustrasi - mengungkit dosa lama, kesalahan yang sering diabaikan (Foto: Ist)

Jakarta, Jurnas.com - Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali kita tanpa sadar mengingatkan seseorang pada masa lalunya yang kelam.

Padahal, di mata Islam, perbuatan seperti itu tergolong tidak pantas bahkan bisa mendatangkan dosa tersendiri. Mengungkit kesalahan lama sama halnya dengan membuka kembali luka yang telah disembuhkan, atau menyingkap aib yang sudah Allah tutupi.

Islam mengajarkan bahwa setiap manusia berhak atas kesempatan untuk berubah. Ketika seseorang telah bertaubat dengan sungguh-sungguh, maka dosanya akan dihapuskan dan pintu rahmat Allah terbuka lebar baginya.

Karena itu, mengungkit dosa masa lalu berarti menentang salah satu sifat Allah yang Maha Pengampun.

Rasulullah SAW dalam sabdanya menegaskan, “Barang siapa menutupi aib seorang Muslim, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat.”
(رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ – HR. Muslim).
Hadis ini menjadi pengingat bahwa menutupi aib adalah bentuk kasih sayang dan akhlak mulia yang sangat dijunjung dalam Islam.

Sebaliknya, orang yang gemar mencela atau mengungkit kesalahan saudaranya justru sedang menjerumuskan dirinya sendiri. Nabi Muhammad SAW pernah bersabda:

“Siapa yang mencela saudaranya karena dosa yang pernah dia lakukan, maka ia tidak akan mati sebelum diuji dengan dosa yang sama.” (HR. At-Tirmidzi).

Hadis ini menunjukkan bahwa setiap manusia berpotensi melakukan kesalahan, sehingga tidak pantas satu sama lain saling menghakimi atau merendahkan.

Allah SWT pun mengingatkan dalam Al-Qur’an Surah An-Najm ayat 32:

وَلَا تُزَكُّوٓا أَنْفُسَكُمْ ۖ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَىٰ
“Janganlah kamu menyucikan dirimu. Dia lebih mengetahui siapa yang bertakwa.”

Ayat ini menjadi dasar agar manusia tidak merasa lebih suci dari orang lain, sebab hanya Allah yang mengetahui isi hati dan kadar keimanan seseorang.

Mengungkit masa lalu seseorang tidak hanya berdampak buruk secara spiritual, tetapi juga emosional. Bagi orang yang sudah bertaubat, ucapan semacam itu bisa melukai hati, menimbulkan rasa malu, bahkan memadamkan semangat untuk terus memperbaiki diri.

Tidak jarang, seseorang yang berusaha hijrah merasa kembali jatuh karena dihakimi atas masa lalunya. Padahal, Islam datang bukan untuk mengungkit kesalahan, melainkan untuk memperbaiki manusia menuju kebaikan.

Selain itu, kebiasaan membuka kembali dosa orang lain dapat membuka pintu dosa baru. Dari sekadar cerita yang dianggap ringan, bisa berubah menjadi ghibah, fitnah, atau bahkan penghinaan. Hubungan antarsesama pun menjadi renggang karena hilangnya rasa saling menghormati dan menjaga kehormatan satu sama lain.

Islam mendorong umatnya untuk saling menjaga rahasia dan menutupi kekurangan saudara seiman. Sebagaimana Allah menutupi dosa-dosa hamba-Nya, demikian pula manusia diperintahkan untuk tidak mempermalukan saudaranya di muka umum. Menjaga lisan dan hati dari kebiasaan mengungkit kesalahan orang lain merupakan bentuk keimanan dan akhlak yang luhur.

Sikap terbaik bagi seorang Muslim ketika melihat saudaranya telah berubah adalah mendoakan, bukan menghakimi. Rasulullah SAW mengajarkan agar umatnya saling mendukung dalam kebaikan.

Doa dan dorongan yang tulus akan jauh lebih berharga daripada kalimat yang menyinggung atau mengingatkan pada dosa yang sudah berlalu.

Karena itu, marilah kita menahan diri dari ucapan yang dapat melukai hati orang lain. Jika Allah telah menutupi masa lalunya, maka tidak ada hak bagi manusia untuk membukanya kembali.

Sebab, yang terpenting bukanlah siapa seseorang di masa lalu, melainkan bagaimana ia berjuang memperbaiki diri di masa kini.

KEYWORD :

Info Keislaman Rasulullah SAW Dosa orang Masa Lalu




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :