
The Best Singer of Roemah Nena, Kompetisinya Para Lansia. (Foto: Jurnas/Ira).
Jakarta, Jurnas.com- Di tengah riuh rendah musik dan tawa, suara para lansia berusia antara 50 hingga 90 tahun terdengar lantang memenuhi ruang utama Roemah Nena di kawasan Cirendeu, Ciputat, Tangerang Selatan. Berawal dari sebuah tempat nongkrong biasa, kini tempat ini berubah menjadi rumah kedua bagi para pecinta musik usia senja dalam rentang waktu enam tahun.Mereka bukan sekadar bernyanyi untuk hiburan, mereka bernyanyi untuk hidup, untuk bahagia, dan bahkan untuk sembuh.
Dan untuk semakin membuat para lansia ini semakin bergairah menyalurkan hasrat bermusiknya, sebuah kompetisi bertajuk ‘The Best Singer of Roemah Nena’ yang digagas Erna Djony, owner Roemah Nena, menjadi puncak dari aktivitas komunitas Roemah Nena Singing Club (RNSC) ini.
Ajang ini dirancang bukan untuk mencari juara semata, tetapi untuk mempererat ikatan antar anggota dan membuktikan bahwa menyanyi adalah terapi terbaik bagi tubuh dan jiwa.
“Tujuan utama bukan hadiah, tapi kebahagiaan dan silaturahmi. Banyak dari mereka datang bukan karena lomba, tapi karena ingin bertemu, ingin merasa hidup lagi,” ungkap Erna Djony dengan nada penuh semangat.
Para peserta kompetisi The Best Singer of Roemah Nena ini nantinya akan dinilai oleh tiga juri profesional yakni Dhanny Dahlan, Nina Irsal, dan Minar Nainggolan. Babak final dijadwalkan berlangsung hingga 30 Oktober 2025, dengan jumlah peserta mencapai 60 hingga 70 orang dari berbagai komunitas.
Bicara soal kegiatan menyanyi bagi lansia, Erna menyebut bahwa kegiatan menyanyi di Roemah Nena bukan hanya sekadar hiburan, tapi juga bentuk terapi jiwa dan fisik.
“Ada peserta yang kondisi kesehatannya membaik setelah rutin bernyanyi. Ada yang tadinya stroke berat, setelah sering ikut nyanyi di sini, jadi lebih semangat dan mulai pulih. Menyanyi jadi terapi alami yang bikin mereka bahagia,” jelas Erna.
Salah satu komunitas yang berpartisipasi adalah GGS (Ganteng-Ganteng Struk). Komunitas ini beranggotakan sekitar 30 penderita stroke. Walau banyak di antara mereka memiliki keterbatasan gerak, semangat mereka tak pernah pudar. Beberapa hanya bisa menggerakkan tangan atau kaki mengikuti irama, namun senyum mereka tak pernah hilang.
“Melihat mereka bernyanyi dengan semangat, padahal banyak yang sudah stroke, membuat peserta lain tersentuh. Mereka jadi berpikir, kalau mereka bisa bahagia, kenapa saya tidak?” tutur Erna.
Menurutnya, banyak dokter juga menyarankan aktivitas menyanyi karena dapat meningkatkan oksigenasi, memperkuat pernapasan, dan menjaga kesehatan jantung. Namun yang paling terasa adalah efek bahagia dan rasa kebersamaan.
“Kami sudah seperti keluarga. Ada yang datang seminggu sekali, ada juga tiga kali seminggu. Kalau ada yang nggak datang, rasanya kayak ada yang hilang,” jelas Adjun Junaidi, salah satu anggota komunitas.
Dalam komunitas ini, usia hanyalah angka. Peserta termuda berusia 50 tahun, sedangkan yang tertua hampir menyentuh 90 tahun.
“Usia itu hanya angka, tapi menyanyi adalah semangat hidup. Saya ingin semua orang tua di luar sana tahu, mereka masih bisa bersinar, masih bisa bahagia,” kata Erna.
Hal senada diungkapkan Bertha Tabaranie, salah satu anggota keluarga komunitas. “Bernyanyi itu bukan untuk jadi artis, tapi untuk diri sendiri. Rasanya lega, bahagia, semua stres hilang,” ujar Bertha.
Erna pun menutup pembicaraan ini dengan kalimat yang kini menjadi semboyan komunitasnya: “Bernyanyilah, bukan untuk menang, tapi untuk hidup. Karena di setiap lagu yang kita nyanyikan, ada kebahagiaan yang menyembuhkan,” ucap Erna dengan senyum mengembang.
KEYWORD :Best Singer Roemah Nena Erna Djony