
Ilustrasi sedang mencuci tangan (Foto: Pexels/Polina Tankilevitch)
Jakarta, Jurnas.com - Setiap 15 Oktober, dunia memperingati Hari Cuci Tangan Sedunia sebagai bentuk kampanye global tentang pentingnya kebersihan tangan. Momentum ini menjadi pengingat bahwa tindakan sederhana seperti mencuci tangan bisa menyelamatkan jutaan nyawa.
Peringatan ini pertama kali digagas pada 2008 oleh Global Handwashing Partnership dan melibatkan lebih dari 120 juta anak di lebih dari 70 negara. Sejak saat itu, Hari Cuci Tangan Sedunia terus berkembang menjadi gerakan internasional yang didukung oleh berbagai lembaga kesehatan dunia.
Dengan dukungan WHO dan UNICEF, kampanye ini menekankan bahwa mencuci tangan dengan sabun adalah cara paling efektif dan terjangkau dalam mencegah penyakit. Terlebih, hingga saat ini jutaan orang masih hidup tanpa akses layak ke air bersih dan fasilitas alat kebersihan.
Fakta ini memperlihatkan adanya kesenjangan besar dalam sistem sanitasi global, yang pada akhirnya berkontribusi pada tingginya angka infeksi dan kematian akibat penyakit menular. Cuci tangan menjadi pertahanan pertama yang mudah dilakukan, tapi sering kali diabaikan.
Karena itu, Hari Cuci Tangan Sedunia tidak hanya menjadi ajakan untuk hidup bersih, tetapi juga sebagai strategi kesehatan masyarakat yang berdampak luas. Dalam konteks pandemi, bencana, atau kehidupan sehari-hari, kebersihan tangan terbukti menyelamatkan.
Melalui tema tahunan "Be a Handwashing Hero", semua orang diajak menjadi agen perubahan—dari anak sekolah hingga pemimpin negara. Siapa pun bisa menjadi pahlawan kebersihan tangan di lingkungannya masing-masing.
Kampanye ini mendorong aksi nyata yang bisa dimulai dari hal kecil, seperti memberi contoh mencuci tangan di rumah, di sekolah, atau di tempat kerja. Kebiasaan ini bukan sekadar rutinitas, tetapi bagian dari budaya hidup sehat yang harus dibangun bersama.
Peringatan Hari Cuci Tangan Sedunia bukan hanya soal seremonial atau kampanye tahunan. Di baliknya, tersimpan pesan mendalam tentang kesadaran kolektif, kesetaraan akses, dan pencegahan penyakit secara massal melalui kebiasaan sederhana.
Makna utamanya adalah mengingatkan bahwa cuci tangan dengan sabun merupakan tindakan preventif paling dasar namun sangat berdampak besar terhadap kesehatan masyarakat.
Selain itu, hari ini juga membawa misi mempromosikan keadilan sanitasi, karena tidak semua orang punya akses ke air bersih dan fasilitas kebersihan yang memadai. Oleh karena itu, kampanye ini juga menjadi dorongan kepada pemerintah dan pemangku kepentingan untuk menyediakan fasilitas kebersihan yang layak, khususnya di sekolah, tempat umum, dan wilayah rentan.
Di sisi lain, Hari Cuci Tangan Sedunia juga mengandung makna pemberdayaan, karena siapa pun bisa menjadi bagian dari solusi. Baik anak-anak, guru, petugas kebersihan, tenaga medis, hingga pembuat kebijakan—semua punya peran dalam membangun budaya kebersihan.
Dengan kata lain, peringatan ini mengajak dunia untuk tidak menganggap remeh kebiasaan kecil. Sebab, di balik satu langkah sederhana mencuci tangan, tersimpan harapan akan dunia yang lebih sehat, lebih adil, dan lebih siap menghadapi ancaman kesehatan global. (*)
KEYWORD :Hari Cuci Tangan Sedunia 15 Oktober Sejarahhari Cuci Tangan